TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan Amerika Serikat memasukkan perusahaan Cina dan Rusia dalam daftar hitam atau blacklist karena melanggar embargo ekonomi yang masih diberlakukan terhadap Korea Utara guna menekan Pyongyang untuk menghentikan program denuklirisasi.
Kementerian Keuangan AS menuding Dalian Sun Moon Star International Logisitic Trading dan perusahaan afiliasinya yang berkantor di Singapura memalsukan dokumen untuk memfasilitasi pengapalan minuman beralkohol dan rokok ke Korea Utara.
Baca: Empat Kesepakatan Trump dan Kim Jong Un
Menurut Kementerian Keuangan AS, perdagangan rokok yang ilegal ke Korea Utara diperkirakan mencapai US$ 1 miliar per tahun.
Untuk perusahaan Rusia, Profinet, Kementerian Keuangan AS menuding perusahaan ini melayani pengisian minyak untuk Korea Utara di tiga pelabuhan di wilayah Rusia di bagian timur.
Tak hanya Profinet sebagai perusahaan yang dimasukkan dalam daftar hitam atau blacklist, Kementerian Keuangan AS juga memasukkan nama Direktur Jenderal Profinet, Vasili Aleksandrovich Kolchanov juga dituding terlibat secara pribadi melakukan kesepakatan dengan Korea Utara.
Foto yang diambil dari rekaman video, memperlihatkan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tengah bersalaman dengan Presiden Cina, Xi Jinping dalam kunjungan di Cina 28 Maret 2018. CCTV via Reuters TV
Baca: Trump Salahkan Cina atas Ancaman Korea Utara Batalkan KTT
"Kementerian Keuangan mengingatkan industri pengapalan tentang resiko signifikan dengan pengapalan ke Korea Utara," ujar Kementerian Keuangan dalam pernyataannya seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 16 Agustus 2018.
Dalian Sun Moon Star International Logistic Trading mengakui pengapalan rokok dan alkohol ke Korea Utara, namun membantah melakukan pelanggaran.
"Kami mengapalkannya melalui bea cukai ina, semuanya legal dan kami memiliki segala hal terkait keperluan legalitas formal," kata Liang Ye, Direktur Dalian Sun Moon Star International Logistic Trading kepada AFP melalui telepon.
Baca: Dituding Jual Minyak ke Korea Utara, Ini Jawaban Rusia
"Kami hanya bisa menunda bisnis kami sekarang. Perusahaan boleh jadi bangkrut. Sanksi ini berdampak besar pada kami," ujar Liang.
Sekalipun AS telah membuka pembicaraan langsung dengan Pyongyang, namun Washington tetap melanjutkan upaya tekanan embargo perdagangan ke Korea Utara agar negara ini mengakhiri senjata nuklir dan program rudal balistiknya.