TEMPO.CO, Jakarta - Seruan pembebasan Shahidul Alam, fotografer dan aktivis, terhadap kepolisian Bangladesh kian kuat menyusul unjuk rasa mahasiswa pekan lalu.
Alam, 63 tahun, diambil paksa polisi di rumahnya di Dhaka pada Ahad 11 Agustus 2018, terkait dengan pernyataannya yang dianggap provokatif setelah unjuk rasa rusuh melibatkan mahasiswa yang tersiar di Al Jazeera.
Baca: Rusuh di Bangladesh Berlanjut, Sejumlah Jurnalis Dipukuli
Mahasiswa Bangladesh di Universitas Jadavpur timur India turun ke jalan Senin, 6 Agustus 2018. Mereka memprotes serangan terhadap mahasiswa oleh polisi Bangladesh di negara mereka. ANI/CCTV
Unjuk rasa massal pecah di jalan-jalan pada akhir Juli 2018 setelah dua remaja tewas akibat kehantam bis yang melanju cepat.
Menurut laporan Al Jazeera, desakan pembebasan Alam disuarakan kencang oleh kelompok intelektual dan para penulis Bangladesh. Mereka mengeluarkan pernyataan agar pemerintah Bangladesh segera membebaskan Alam dan membatalkan segala dakwaan terhadap dia.
"Melakukan kritik adalah hak dasar manusia. Negara seharusnya menghormati hak warganya mengenai apa yang sedang terjadi," bunyi pernyataan intelektual Bangladesh.Fotografer Bangladesh Shahidul Alam ditangkap oleh polisi di luar pengadilan Metropolitan Magistrate di Dhaka, Bangladesh, 6 Agustus 2018 dalam gambar diam ini diambil dari video [REUTERS]
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Alam mengaku mengritik pemerintah Bangladesh atas penanganan terhadap mahasiswa yang berunjuk rasa. "Aparat menggunakan kekuatan dan kekerasan," kritiknya.
Baca: Konvoi Duta Besar Amerika Serikat Diserang di Bangladesh
Ketika dia berada di pengadilan, Alam mengatakan kepada wartawan, polisi telah memukulinya dan tidak memberikan kesempatan bertemu dengan pengacaranya.
"Dia dibawa ke salah satu rumah sakit di Bangladesh setelah istrinya menantang pengadilan agar menunjukkan legalitas penangkapan suaminya dan memberikan kesempatan kepada suamnyia berobat diduga akibat dipukuli polisi."