TEMPO.CO, Jakarta - Korea Selatan menangguhkan rencana latihan pertahanan sipil pada musim panas ini. Latihan ini ditujukan untuk antisipasi serangan Korea Utara. Namun mengingat hubungan kedua negara yang kini membaik menjadi alasan penangguhan latihan untuk menjaga atmosfer diplomasi denuklirsasi Korea Utara.
Keputusan ini diumumkan pemerintah Korea Selatan pada Selasa 10 Juli, untuk membatalkan sementara latihan pertahanan sipil ini, setelah sebelumnya Amerika Serikat dan Korea Selatan menghentikan latihan tempur bersama usai pertemuan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Baca: Ternyata ini Besar Biaya Latihan Tempur Amerika Serikat - Korsel
Biasanya jalan-jalan di Korea Selatan bising karena suara sirene serangan udara setiap tahun, selama masa latihan gabungan militer AS dan Korea Selatan pada Agustus. Mobil-mobil berhenti di jalan, pejalan kaki berlari ke dalam gedung atau stasiun kereta bawah tanah, serta pegawai pemerintahan yang mengungsi dari kantor mereka. Ini adalah situasi selama latihan untuk simulasi serangan Korea Utara.
Kim Boo Kyum, Menteri Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan, mengatakan penangguhan latihan pertahanan sipil merupakan tindak lanjut dari penghentian latihan militer AS dan Korsel, menyusul perubahan baru hubungan kedua kubu di semenanjung Korea. Dia mengatakan pemerintah dan militer akan bekerja untuk merancang program pertahanan sipil baru yang akan diluncurkan pada tahun depan untuk mempersiapkan masyarakat bukan hanya dari serangan militer, tapi juga bagaimana menghadapi bencana alam dan serangan teroris.
"Pemerintah akan menjaga kesiapan nasional untuk situasi darurat," kata Kim, seperti dikutip dari Associated Press, 11 Juli 2018.
Foto yang diambil pada 23 Agustus 2016 ini, menunjukan tentara Korea Selatan berdiri selama latihan anti-teror sebagai bagian dari latihan Ulchi Freedom Guardian, di Stasiun Subway Yoido di Seoul, Korea Selatan.[AP Photo / Ahn Young-joon]
Pertemuan Trump dan Kim di Singapura, membawa kabar denuklirisasi Korea Utara namun tanpa menyebutkan kapan dan bagaimana kebijakan denuklirisasi dilakukan. Kini peran Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, akan menentukan rincian kebijakan tersebut. Belakangan pembicaraan lanjutan berlangsung alot. Korut menuduh AS melakukan tuntutan sepihak, sementara Pompeo menyebut pembicaraan di Pyongyang minggu lalu cukup produktif.
Latihan pertahanan sipil Korea Utara pertama kali digagas pada 1968, setahun setelah gagalnya upaya unit komando khusus Korea Utara untuk membunuh diktator Korea Selatan, Park Chung-hee. Sejak 2008 latihan pertahanan sipil dilaksanakan bertepatan dengan latihan militer gabungan AS-Korsel atau yang biasa disebut dengan Ulchi Freedom Guardian.
Namun banyak kritik terhadap latihan pertahanan sipil yang dinilai kurang cukup untuk mempersiapkan Korea Selatan dari serangan Korea Utara. Bagi sebagian warga Korea Selatan mereka merasa tidak ada pelatihan yang nyata, orang-orang berdiri di tempat berkumpul, menatap ponsel mereka atau terlihat frustrasi. Banyak sekolah di Korea Selatan juga tidak berpartisipasi dalam latihan tersebut. Dilansir dari Associated Press, Korea Selatan memiliki sekitar 19.000 tempat evakuasi, paling banyak di stasiun kereta bawah tanah dan tempat parkir bawah tanah. Namun survei menunjukkan banyak warga yang tidak tahu di mana tempat penampungan terdekat dari rumah mereka.
Baca: Korea Selatan Tanggung 90 Persen Biaya Pangkalan Baru AS
Dilansir dari South China Morning Pos, selama menjalani kerjasama latihan militer dengan Korea Selatan, AS menggelontorkan sekitar US$ 14 juta atau setara dengan Rp 200 miliar. Ketika penghentian latihan militer itu diumumkan, Trump menulis di akun Twitternya bahwa keputusan itu akan menghemat banyak uang.
Amerika Serikat sendiri memiliki sekitar 28.500 tentara yang ditempatkan di Korea Selatan dan mereka secara rutin berlatih dengan tentara lokal. Ulchi Freedom Guardian melibatkan sekitar 17.500 pasukan AS dengan latihan yang berlangsung selama dua minggu.
AP | SCMP | ERVIRDI RAHMAT