TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden dari kubu sayap kiri, Lopez Obrador memenangkan lebih dari 50 persen suara dalam hitung cepat pemilu presiden Meksiko pada hari Senin, 1 Juli 2018.
Komisi Pemilihan Umum Meksiko mengatakan, pria bernama lengkap Andreas Manuel Lopez Obrador menerima dukungan lebih dari 53 persen suara.
Baca: Pemilu Meksiko, Calon dari Sayap Kiri Dijagokan Jadi Presiden
Lopez Obrador mendapat dukungan suara lebih dari dua kali lipat dari total dukungan kepada saingan terdekatnya dalam pemilu presiden Meksiko yang berlangsung Minggu, 1 Juli 2018.
Pria berusia 64 tahun yang disapa sebagai Amlo, akronim dari nama lengkapnya, merupakan politisi veteran Meksiko.
Baca Juga:
Lahir pada tahun 1953 dari keluarga yang sederhana di pedesaan Tepetitan, negara bagian Tabasco, tenggara Meksiko, Lopez Obrador mengawali karir politiknya dengan bekerja untuk biro urusan pribumi negara bagian pada tahun 1970-an.
Pekerjaan itu didapatnya setelah bergabung dengan Partai Revolusioner Institusional yang berkuasa atau PRI.
Baca: Pemilu Paling Berdarah di Meksiko, 133 Politikus Terbunuh
Pada 1986, karena kecewa dengan sistem di dalam PRI, Lopez Obrador keluar dan memilih bergabung dengan gerakan Corriente Demorática (Arus Demokrat), yang kemudian menjadi Partai Revolusi Demokratik kiri.
Dalam masa awal karir politiknya di luar PRI, Lopez Obrador dua kali kalah dalam pemilihan gubernur Tabasco.
Pada tahun 1994, setelah kekalahan yang kedua, ia menggelar pawai protes ke ibu kota, membantu mengangkat profilnya.
Ia terpilih sebagai wali kota Mexico City dari PRD tahun 2000. Pemerintahannya secara luas dipandang sebagai pragmatis, memberikan batu loncatan untuk pencalonan presiden.
Setelah popularitasnya meningkat, dia memberanikan diri mencalonkan diri sebagai presiden untuk pertama kali pada 2006 dengan janji untuk mengutamakan kepentingan kaum miskin. Pencalonannya ditentang oleh lawan politiknya. Mereka menganggap Lopez Obrador mirip dengan Presiden Hugo Chavez dari Venezuela.
Para musuh politiknya kemudian meluncurkan kampanye yang mencapnya sebagai orang yang sangat berbahaya bagi Meksiko.
Penentangan yang sengit dari kelompok-kelompok bisnis mungkin telah membuatnya kalah dalam pemilihan, yang diputuskan oleh margin tipis. Setelah kekalahan itu, Lopez Obrados mengklaim sistem pemilu Meksiko telah dicurangi.
Lopez Obrador kembali mencalonkan diri sebagai orang nomor satu Meksiko dan sekali lagi mengalami kegagalan dalam pemilihan presiden 2012.
Setelah kekalahan kedua, Lopez Obrador mengklaim aksi penipuan mencegahnya memenangkan kursi kepresidenan dan mengajukan tantangan hukum untuk membatalkan pemungutan suara yang memenangkan presiden saat ini dari PRI, Pena Nieto.
Baca: 17 Pria Meksiko Menyaru Jadi Wanita Transgender demi Pemilu, Lalu
Namun pengadilan pemilihan negara memutuskan bahwa permintaan untuk membatalkan pemilihan adalah "tidak berdasar" dan Lopez Obrador tidak mampu membuktikan pelanggaran konstitusional.
Ia membentuk partai baru, Gerakan Regenerasi Nasional atau yang disingkat MORENA pada 2014, dan pada 2015, ia dilihat oleh banyak orang sebagai seseorang yang tampaknya siap untuk memenangkan pemilihan presiden berikutnya.
Ketika dukungan untuk PRI menurun atas skandal korupsi, dan perekonomian yang jauh dari harapan, Lopez Obrador terus tumbuh dengan meningkatnya dukungan.
Bagian dari transformasi itu telah dikaitkan dengan istri Lopez Obrador, Beatriz Gutierrez, seorang feminis yang telah memperluas daya tariknya di kalangan pemilih perempuan di Meksiko.
Meski Lopez Obrador mendapatkan dukungan yang besar, ia tetap menjadi tokoh kontroversial. Beberapa kritikusnya masih takut dia bisa menjadi Hugo Chavez versi Meksiko.
Untuk melawan kritikusnya, dia terus berupaya merebut hati para pemimpin bisnis Meksiko dengan berjanji tidak akan ada pengambilalihan dan tidak ada nasionalisasi ala Chavez. Dia menjanjikan program sosialnya akan didanai sepenuhnya oleh uang yang diselamatkan dari korupsi. Dengan demikian, katanya, dia tidak perlu menaikkan pajak.
Lopez Obrador juga menyatakan selain ingin membersihkan korupsi. Saat mencalonkan diri, dia menegaskan keinginannya untuk membasmi kejahatan di Meksiko. Lopez Okbrador secara resmi akan mengambil alih tampuk kekuasaan dari Presiden Pena Nieto pada 1 Desember 2018.
AL JAZEERA|CNN