TEMPO.CO, Jakarta - Turki mengutuk keputusan Austria mengusir lebih dari 60 imam masjid yang didanai oleh Turki dan menutup masjid. Tindakan itu dianggap sebagai aksi anti-Islam dan rasis.
"Keputusan Austria menutup tujuh masjid dan mendeportasi imam merefleksikan anti-Islam, rasis dan diskriminasi telah berlaku di negeri itu," kata Ibrahim Kalin, juru bicara kepresidenan Turki, menyusul pengumuman Wina yang akan bertindak tegas terhadap gerakan politik Islam di sana.
Baca: Austria Larang Menteri Turki Kampanye Referendum
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memeriksa barisan pasukan Turki di pangkalan militer Tariq bin Ziyad, selatan Doha. [AP]
"Umat Islam menjadi sasaran politik murahan," kata Kalin melalui cuitan di Twitter, seperti dikutip Guardian.
Baca Juga:
Menteri Dalam Negeri Austria, Herbert Kickl, mengatakan, 150 orang termasuk imam dan keluarganya berisiko kehilangan hak sebagai penduduk.
Pengusiran itu dilakukan setelah badan urusan agama Austria melalukan investigasi terhadap gambar-gambar yang diterbitkan pada April 2018 di sebuah masjid yang dibangun oleh Turki mengenai Perang Dunia I di Gallipoli.Sebuah masjid di Austria. [ Heinz-Peter Bader/Reuters ]
"Politik Islam dan radikalisasi tidak punya tempat di negara kami," kata Kanselir Sebastian Kurz dari Partai Rakyat.
Baca: Partai Kebebasan Austria Dikalahkan Organisasi Pemuda Islam
Menurut Kalin, juru bicara Recep Tayyip Erdogan, keputusan Austria tersebut sebagai bagian dari upaya menghidupkan kembali Islamobia dan raisme yang seharusnya ditolak.
"Secara ideologis, pemerintah Austria melakukan praktik pelanggaran prinsip legalitas universal, kebijakan integrasi sosial, hak-hak minoritas dan kesetaraan etnis," kata Kalin.