TEMPO.CO, Jakarta - Tan Sri Lee Kim Yew, pengusaha asal Malaysia sekaligus pemimpin Cheng Ho Multi Culture Education Trust, menghadiahkan mushaf Al-Quran berukuran besar yang dibuat dengan sulaman kepada Indonesia.
Mushaf Al-Quran seharga 2,4 juta yuan atau sekitar Rp 5,2 miliar ini rencananya diberikan melalui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Negara pada Senin malam, 4 Juni 2018.
Baca: Indonesia dan Malaysia Bangun Dialog Antaragama Islam - Konghucu
Pemberian Al-Quran ini tidak lepas dari hubungan pertemanan antara Tan Sri Lee dan Din Syamsuddin, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Antarnegara.
"Dia (Tan Sri) menceritakan bahwa sudah hampir dua tahun (2015) dia menyuruh seorang ibu di Ninxia, Provinsi Khusus Otonomi Muslim di Cina, untuk menyulam mushaf Al-Quran besar. Tan Sri Lee berniat menyumbangkannya kepada umat Islam melalui Raja Saudi Arabia, yang dikenalnya sebagai pusat agama Islam," ujar Din.
"Lantas saya usulkan mengapa tidak melalui Presiden Indonesia, negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Dia setuju dan meminta saya mengirim proofreader untuk memastikan kebenaran penulisan mushaf. Maka pada Februari lalu saya mengirim Dr Ghilmanul Wasath, alumnus Universitas Al-Azhar Mesir, untuk berangkat ke Ninxia. Selama tiga pekan, Dr Ghilmath dan istrinya berada di sana dan membuat laporan hanya ada beberapa kesalahan minor yang segera diperbaiki."
Baca: BPS: Wisatawan Mancanegara April 2018 Terbanyak dari Malaysia
Menurut Din, pemberian Al-Quran ini merupakan proyek besar. Bukan hanya dari ukuran barangnya, tapi juga kebesaran niat baik dari seorang non-muslim untuk membuat mushaf Al-Quran sulaman.
Din menambahkan, pemberian mushaf Al-Quran sulaman besar yang dibuat di Cina dan disumbangkan seorang etnis Cina beragama Khonghucu ini adalah lambang kedekatan Cina dengan Islam. Penyerahan mushaf ini kepada umat Islam adalah bentuk dialog antar-peradaban yang niscaya. "Bahwa dialog itu menggunakan medium kitab suci adalah karena dialog, antaragama maupun antar-peradaban, haruslah berlangsung dalam kesucian hati dan pikiran," ucap Din.
Sekalipun nilai proyek Al-Quran sulaman berukuran jumbo ini menelan biaya miliar rupiah, pengusaha Malaysia itu tidak ingin Al-Quran tersebut dinilai dari segi nilai materinya. "Jangan dilihat dari nilai harganya, tapi dari nilai spiritualnya," tutur Tan Sri Lee.
RYAN DWIKY ANGGRIAWAN