TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara dan Korea Selatan akhirnya sepakat untuk mengadakan pembicaraan bulan ini terkait isu militer dan reuni keluarga yang terpisah oleh Perang Korea 1950-53, dalam pertemuan di Panmunjom, 1 Juni 2018.
Pertemuan di desa perbatasan Panmunjom di zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan adalah pertemuan terbaru setelah sebelumnya Korea Utara membatalkan pertemuan yang direncanakan dengan Korea Selatan bulan lalu sebagai bentuk protes terhadap latihan tempur gabungan Amerika Serikat - Korea Selatan sebelum Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu kembali pada Sabtu lalu.
Baca: Pertemuan Menlu Rusia dan Kim Jong Un, Ini yang Dibicarakan
Sementara kedua Korea saling meningkatkan hubungan mereka, Korea Utara sedang dalam pembicaraan dengan Amerika Serikat untuk KTT antara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump, pada 12 Juni di Singapura.
Menteri Unifikasi Korea Selatan, Cho Myoung-gyon (kiri), dan Ketua Delegasi Korea Utara, Ri Son Gwon, bertukar dokumen perjanjian selama pertemuan mereka di dalam Gedung Perdamaian di sisi selatan Panmunjom, di Zona Demiliterisasi Jumat, 1 Juni 2018. [Korea Pool / Yonhap via AP]
Dilaporkan Reuters, pembicaraan kedua Korea digelar pada Jumat 1 Juni, dipimpin oleh Menteri Unifikasi Korea Selatan, Cho Myoung-gyon, dan Ri Son Gwon, Ketua Komite Utara untuk Reunifikasi dua korea. Ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan yang dicapai selama pertemuan puncak pertama antara Kim Jong Un dan Moon Jae-in pada April lalu.
Pembahasan soal isu militer akan berlangsung pada 14 Juni di sisi utara Panmunjom, dan sesi terpisah mengenai pertukaran olahraga di sisi selatan pada 18 Juni.
Pembicaraan tentang reuni keluarga yang terpisah oleh perang, akan diadakan pada 22 Juni di resor Gunung Kumgang di utara perbatasan.
Dua tentara Korea Selatan dan tentara AS, berdiri di sisi selatan selama tur pers di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi atau DMZ, Korea Selatan, 18 April 2018. Pertemuan ini bertujuan untuk mengakhiri perseteruan kedua bangsa serumpun. AP/Lee Jin-man
Reuni keluarga adalah kesepakatan emosional yang dapat membantu memulihkan kepercayaan, namun reuni keluarga terhenti tanpa adanya keterlibatan politik.
"Dengan lebih banyak keterlibatan dan keterbukaan politik, banyak rintangan akan hilang," kata Elhadj As Sy, Sekretaris Jenderal Palang Merah Internasional.
Baca: Kim Jong Un Bertemu Menlu Rusia Sebelum Temui Donald Trump
Palang Merah Internasional berharap Korea Utara akan mengizinkannya lebih banyak bantuan kemanusiaan. Diperkirakan 10 juta warga Korea Utara atau 40 persen dari populasi membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Kedua Korea juga menyetujui peresmian awal kantor penghubung di kota perbatasan Korea Utara Kaesong.
Cho dan Ri juga setuju untuk mengadakan pertemuan rutin untuk mempercepat berbagai pembicaraan tingkat tinggi yang akan mencakup kerja sama di perkeretaapian, hutan dan budaya antara Korea Utara da Korea Selatan.