TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya untuk kembali melancarkan serangan ke Suriah pada Jumat, 13 April 2018, telah membuat negara itu menjadi perhatian dunia. Presiden Suriah, Bashar al-Assad, juga tak luput dari sorotan dan tekanan dunia, namun Assad ‘bertahan’ selama 7 tahun perang Suriah yang meremukkan sendi-sendi negara itu.
Dikutip dari situs aljazeera.com pada Sabtu, 14 April 2018, tidak banyak suara yang menyebut serangan Amerika Serikat dan sekutunya kali ini akan bisa mengakhiri masa kepresidenan Assad. Setelah menghadapi kelompok-kelompok pemberontah pada awal-awal perang sipil Suriah melawan pemerintahannya, Assad membuktikan diri mampu bertahan.
Beberapa diplomat senior dari negara-negara Barat, seperti Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, mengatakan Assad akan tetap menjalankan tugasnya sebagai orang nomor satu di Suriah. Berikut ini beberapa alasan mengapa Assad mampu bertahan ditengah derasnya tekanan perang sipil Suriah, yang menginginkan Assad mundur.
Baca: Lagi, Amerika Serikat dan Sekutunya Menyerang Suriah
Presiden Bashar al-Assad berbincang dengan para tentara Suriah di sela waktu berbuka puasa di desa Marj al-Sultan, Damaskus, Suriah, 26 Juni 2016. Bashar menyantap makanan buka puasa di Pangakalan Udara Marj As-Sultan. SANA/Handout via REUTERS
Baca: Kemenlu Terbitkan Larangan WNI ke Suriah
Pertama, Assad mendapat dukungan dari negara lain. Diantara negara itu adalah Iran, yang telah meningkatkan intervensi kepada Suriah, memberikan pelatihan dan komandan pasukan yang berpengalaman. Media-media Iran mewartakan Teheran mengirimkan para pejuang ke perang Suriah.
Kedua, Assad mendapat keuntungan dari terbelahnya kelompok-kelompok pemberontak. Kelompok oposisi menyambut dukungan para militan kelompok Negara Islam Irak-Suriah atau ISIS, namun pada akhirnya mereka memerangi kelompok itu dan menarik pasukan dari kampanye melawan Assad.
Ketiga, sikap negara-negara dunia. Ketika negara-negara barat dan kawasan seperti Turki dan Arab Saudi, menyuarakan ketidaksetujuan mereka Presiden Assad, namun tak ada satu pun negara mengambil tindakan menentukan untuk menggeser Assad.
Keempat, Assad terus menjaga dukungan dalam lingkup internal kendati tidak sedikit oposisi yang menentangnya. Assad mendapat dukungan luas dari komunitas Alawite di Suriah, komunitas sunni, yang memiliki sedikit kepentingan untuk mengubah posisinya.