TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pertemuan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, pada Mei 2018 adalah sebuah terobosan. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berkontribusi dalam upaya terciptanya pertemuan ini, yang dinilai sesuai dengan piagam perdamaian PBB.
“Kita melihat rencana pertemuan ini sebagai sebuah perkembangan yang positif. Kita juga melihat bagaimana Presiden Moon Jae-in memiliki komitmen besar terhadap perdamaian," kata Siswo Pramono, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri, Senin, 19 Maret 2018 di Jakarta.
Siswo melanjutkan ajang Olimpiade musim dingin 2018 telah digunakan sebagai sarana mengkomunikasikan perdamaian antara dua bangsa, yakni Korea Utara dan Korea Selatan,”
Baca:Sambut Delegasi Korea Selatan, Kim Jong Un Bikin Lelucon?
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, berjabat tangan dengan utusan khusus Korea Selatan saat melakukan pertemuan di Pyongyang, Korea Utara, 6 Maret 2018. Pertemuan pertama antara Korea Selatan dan KOrea Utara saat masa dipimpin Kim Jong Un terjadi pada 2011. KCNA/via Reuters
Menurut Siswo, perundingan six-party talk pada kenyataannya tidak berjalan. Dengan begitu, setiap program yang mengarah pada perdamaian di Semenanjung Korea adalah hal bagus.
Upaya Korea Selatan dan negara-negara lain untuk menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea adalah tindakan yang sesuai dengan piagam PBB. Dalam piagam PBB tertulis setiap negara di dunia memiliki kewajiban mengupayakan perdamaian di dunia.
Siswo berharap pembicaraan Trump dan Kim Jong-un nanti akan bergerak ke arah positif. Sebab jika wilayah Semenanjung Korea aman, Indonesia bisa mendapat pasar di sana. Yang terpenting, tidak ada lagi sanksi-sanksi ekonomi.
Baca: Setelah Undang Korea Selatan, Kim Jong Un Undang IOC
Trump dan Kim Jong-un dalam beberapa tahun terakhir saling gertak menyusul serangkaian ujicoba senjata nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara. Amerika Serikat terus memperketat sanksi ekonomi ke Korea Utara dengan harapan negara itu melupakan prioritas pengembangan senjata nuklirnya.