TEMPO.CO, Jakarta - Miliarder, Mick Davies, yang masuk dalam daftar orang terkaya di Cina versi majalah Forbes, kehilangan kewarganegaraan Singapura. Kementerian Dalam Negeri Singapura (MHA), seperti dikutip dari Channelnewsasia pada Senin, 5 Maret 2018, mengatakan pihaknya akan mencopot status kewarganegaraan Singapura yang pernah diberikan pada Davies.
Davies pada 2008 tercatat pernah memiliki kekayaan US$380 juta atau Rp5,3 triliun. Menurut media Straitstimes, nama Davies pernah nangkring pada peringkat 70 orang terkaya Cina pada 2007.
Davies, yang memiliki nama asli Lan Shili, disebut MHA telah mendapatkan status kewarganegaraan Singapura melalui cara curang. Keterangan MHA yang sangat mengejutkan ini mengatakan Davies ditemukan menggunakan ijazah palsu untuk dokumentasi mendapatkan kewarganegaraan Singapura pada 2002.
Singapura saat malam hari dilihat dari Marina Bay.
Baca: Hendak Kabur, Pemimpin Gereja di Singapura Ditangkap
“Setelah melalui sejumlah pertimbangan, kewarganegaraan Davies telah diperoleh lewat cara curang, yakni informasi palsu, menyembunyikan fakta-fakta materi dan melanggar hukum imigrasi secara lokal dan internasional. Untuk itu, Kementerian Dalam Negeri bermaksud mencabut status kewarganegaraan Singapuranya karena tidak baik membiarkannya tetap sebagai warga negara Singapura,” demikian bunyi keterangan MHA.
Sejumlah pasport milik 32 Warga Negara Asing (WNA) turut diamankan di Gedung Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, 13 Januari 2017. TEMPO/Imam Sukamto
Davies, pernah dijatuhi hukuman pada 2016 karena melanggar undang-undang Passports Act, dengan menggunakan paspor Hong Kong demi bisa kembali ke Singapura, tempat dimana dia tinggal saat ini. Sebelumnya pada tahun yang sama, dalam sebuah perjalanan bisnis ke Cina pada Februari 2016, dia mendadak ditahan atas tuduhan telah melakukan penipuan, namun dia bebaskan pada April 2016 dengan uang jaminan dan saat itu paspor Singapura yang dimilikinya sudah disita.
Baca: Ingin Ekspansi Pasar ke Singapura? Ada Aplikasi Khususnya
Dia sempat tinggal beberapa bulan di Cina dan kembali ke Singapura melalui Vietnam dengan paspor palsu.