TEMPO.CO, Jakarta - Dunia khususnya Amerika Serikat telah memfokuskan dirinya untuk melawan Presiden Bashar al-Assad dari Suriah dan Kim Jong Un dari Korea Utara. Senjata nuklir dan kediktatoran yang menjadi alasan untuk menundukkan keduanya.
Meskipun keduanya menguasai negara-negara yang berbeda, namun Assad dan Kim Jong Un memiliki kesamaan yang mencolok. Berikut 4 kesamaan dari 2 yang dijuluki diktator.
Baca: Dukung Suriah, Korea Utara: Agresi Amerika Serikat Tak Termaafkan
1. Mewarisi kepemimpinan ayahnya.
Bashar al Assad mewarisi dari ayahnya, Hafez al-Assad dan Kim Jong Ung dari Kim Jong Il, ayahnya. Dinasti keluarga mereka telah memerintah negara-negara dengan ukuran dan populasi yang hampir sama selama beberapa dekade, mengelola negara dengan menggunakan kekerasan untuk menghancurkan perbedaan pendapat.
Hafez al-Assad merebut kekuasaan pada tahun 1970 lewat kudeta tak berdarah oleh para pemimpin militer. Selama 29 tahun dia mendominasi kehidupan dan politik Suriah.
Setelah kematian anak laki-laki pertamanya dalam kecelakaan mobil, Hafez mempersiapkan putra keduanya, Bashar al Assad untuk menjadi ahli warisnya. Assad mengambil alih pada tahun 2000 setelah kematian Hafez.
Dinasti diktator Korea Utara bertahan dengan bantuan Uni Soviet, Kim Il Sung, kakek dari dinasti Kim yang juga dikenal sebagai presiden abadi menjadi perdana menteri pertama Republik Rakyat Demokratik Korea pada tahun 1948.
Kim menyerahkan tongkat kekuasaanya kepada anaknya Kim Jong Il, yang menjadi pemimpin tertinggi setelah kematian ayahnya dari serangan jantung pada tahun 1994. Seorang diktator Korea Utara saat ini, Kim Jong Un, adalah putra bungsu Kim Jong Il.
Negara komunis itu telah didefinisikan dan dibentuk oleh kultus kepribadian seputar keluarga penguasa. Puluhan ribu peringatan dan patung dinasti Kim dengan bangga ditampilkan di seluruh negara itu.
Tidak seperti Korea Utara, yang selama ini dianggap sebagai negara paria sejak Perang Korea, pemerintah Suriah menikmati hubungan diplomatik dan politik dengan negara-negara Barat.
Hubungan tersebut mendapat tekanan besar sejak pecahnya perang sipil Suriah lebih dari enam tahun yang lalu. Hubungan antara Korea Utara dan Suriah, bagaimanapun, tetap bersahabat selama beberapa dekade.
Ayah Bashar al-Assad, Hafez bertemu dengan pendiri rezim Korea Utara, Kim Il Sung, pada 1970-an dengan mengembangkan hubungan antar militer.
Selama bertahun-tahun, Korea Utara dicurigai telah memberikan Suriah rudal Scud canggih dan teknologinya untuk memproduksinya.
Pada tahun 2007, Israel meluncurkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir di Suriah dan Korea Utara diyakini membantu pembangunan fasilitas nuklir itu.
Hubungan diplomatik ini bertahan sampai hari ini. Kedua pemerintah saling mengirim pesan solidaritas dan dukungan.
Pada tahun 2015, pemerintah Suriah menamai sebuah taman di Damaskus Kim Il Sung. Pada peresmian taman tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah menyebut pendiri Korea Utara "seorang pemimpin bersejarah, yang terkenal dengan perjuangannya untuk membebaskan dan membangun negaranya."
Baca: PBB Gagalkan Pengiriman Bahan Kimia Korea Utara ke Suriah
2. Sama-sama mendukung dan memuji satu sama lain
Pada April 2017, setelah Suriah dicurigai melakuan serangan dengan senjata kimia yang membuat penderitaan bagi warga sipil , Kim Jong Un mengirim pesan ucapan selamat kepada Assad untuk menandai ulang tahun pendirian partai penguasa Suriah.
"Pemerintah Suriah dan rakyat membela kemerdekaan dan keamanan negara tersebut, dengan tegas menghancurkan tindakan agresi terhadap semua kekuatan yang bermusuhan dan memenuhi tantangan mereka di bawah kepemimpinan Anda yang benar," ujar pesan Korea Utara yang dilaporkan kantor berita Korea Utara, KCNA .
Assad menyampaikan terima kasih kepada Kim karena telah mengirimkan ucapan selamat pada hari nasional Suriah.
3. Sama-sama bergantung pada patronase sekutu dan memusuhi negara Super Power
Selain mendukung satu sama lain, Suriah dan Korea Utara juga sangat bergantung pada patronase sekutu yang jauh lebih besar. Suriah mendapat senjata dan dukungan militer langsung dari Rusia, sementara Korea Utara bergantung pada Cina untuk lebih dari 80 persen perdagangan internasionalnya.
Tapi keduanya sama-sama tengah berada dalam konfrontasi dengan AS. Kantor berita negara Suriah bahkan menyebut AS sebagai musuh bersama Suriah dan Korea Utara.
Baca: Laporan PBB, Korea Utara Kirim Senjata Kimia ke Suriah
4. Kedua negara sama-sama ditekan Amerika Serikat
Kedua negara tersebut menjadi sasaran tekanan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dan Trump terus membujuk Moskow dan Beijing untuk meninggalkan Suriah dan Korea Utara. Amerika Serikat terus mengisolasi Korea Utara dan Suriah melalui sanksi, dan mengancam penggunaan tindakan militer. Tapi keduanya, baik Pyongyang dan Damaskus tetap menantang.
Kim Jong Un tetap menjalankan program senjata nuklirnya. Meski terjadi konflik berkepanjangan yang telah menewaskan lebih dari 400.000 orang Suriah dan hampir separuh penduduk mengungsi, Bashar al Assad masih terus berkuasa dan menolak tuduhan penggunaan senjata kimia dan pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis.