TEMPO.CO, Bangkok -- Sekitar 300 aktivis pro demokrasi Thailand berunjuk rasa di Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand, sambil mengenakan topeng Pinokio bergambar wajah Perdana Menteri, Prayuth Chan-o-cha.
Mereka menyebut Chan sebagai pembohong karena telah beberapa kali menunda pelaksanaan pemilihan umum, yang terakhir dijanjikan bakal digelar pada November 2018.
Baca: Aktivis Pro Demokrasi Thailand Vs Junta: Unjuk Rasa Dimulai
Sekitar 300 aktivis Pro Demokrasi Thailand berunjuk rasa sambil mengenakan topeng Pinocchio dengan wajah PM Prayuth Chan-ocha di Universitas Thammasat, Sabtu, 24 Februari 2018. Reuters
Sambil berunjuk rasa, para aktivis mengacungkan tiga jari, yang menunjukkan tiga tuntutan mereka: pemilu 2018, turunnya diktator, dan hidup demokrasi.
"Cukup dengan kebohongan-kebohongan. Waktu sudah habis untuk diktator. Ini saatnya untuk rakyat. Kita harus pemilu pada tahun ini," kata Sirawith Seritiwat, salah satu penggagas unjuk rasa, seperti dilansir Reuters, Sabtu, 24 Februari 2018.
Baca: Ups, Rilis Lagu untuk Rangkul Rakyat, PM Thailand Menuai Cemooh
Sirawith menyebut topeng ini sebagai Yuth-nocchio, yaitu gabungan kata dari nama Prayuth dan Pinocchio.
Junta militer telah menunda pelaksanaan pemilu beberapa kali sejak melakukan kudeta pada pertengahan 2014. Anggota lembaga legislatif yang ditunjuk militer mengubah undang-undang pemilu pada bulan lalu sehingga ini bakal menunda pelaksanaan pemilu hingga awal 2019.
Tindakan ini memicu munculnya gelombang unjuk rasa, yang mulai digagas kelompok pro demokrasi Thailand akan digelar secara berseri sejak pekan lalu. Para aktivis berencana menggelar berbagai unjuk rasa di berbagai kota di Thailand dan akan memuncak pada unjuk rasa beberapa hari di ibu kota Bangkok pada Mei.
Pemerintah Thailand belum mengomentari aksi unjuk rasa yang mulai berkembang ini. Namun pada pekan lalu, juru bicara junta militer mengatakan mereka mengandalkan polisi untuk mempertahankan ketenangan publik.