TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Pakistan melarang acara dan liputan media, yang mempromosikan dan memberitakan setiap peristiwa pada hari itu. Kebijakan ini telah berlangsung selama dua tahun berturut-turut.
Regulator media Pakistan mengatakan saluran televisi dan stasiun radio dilarang keras menyiarkan program yang terkait dengan Hari Valentine, yang jatuh pada 14 Februari.
Baca: India Vs Pakistan: 5000 Bunker Dibangun di Perbatasan Kashmir
Otoritas Regulasi Media Elektronik Pakistan (PEMRA) mengumumkan larangan itu pada Rabu, 7 Februari 2018, sesuai dengan perintah dari Pengadilan Tinggi Islamabad, yang dikeluarkan tahun lalu.
Baca: Di Pakistan, Presiden Jokowi Lihat-lihat Kokpit Pesawat Tempur
"Tidak ada acara yang akan diselenggarakan secara resmi atau di tempat umum manapun," demikian pernyataan PEMRA, seperti dilansir Al Jazeera pada 8 Februari 2018.
Tahun lalu, Pengadilan Tinggi Islamabad mengumumkan larangan itu setelah muncul sebuah petisi oleh seorang penduduk yang mengatakan itu budaya yang diimpor dari Barat dan "melanggar ajaran Islam."
Hari Valentine, yang diberi nama menurut seorang suci Kristen yang tewas karena cinta, sebelumnya sering dirayakan di Pakistan, yang berpenduduk mayoritas Muslim. Para pebisnis ritel menawarkan penjualan bertema Valentine, restoran mengiklankan penawaran khusus untuk pasangan, dan toko bunga, yang mencatat penjualan yang meningkat.
Namun pada awal 2017, Abdul Waheed mengajukan kasus itu ke pengadilan karena berpendapat perayaan Hari Valentine menyebarkan "amoralitas, ketelanjangan dan ketidaksenonohan" di Pakistan.
Pada 13 Februari, sehari sebelum Hari Valentine tahun lalu, Hakim Shaukat Siddiqui mengeluarkan sebuah pengumuman yang mengikat yang memerintahkan pelarangan lengkap terhadap setiap program siaran yang terkait dengan Hari Valentine, serta pembatasan lainnya.
Kasus 2017 ini juga terjadi setelah Presiden Pakistan Mamnoon Hussain marah karena menganggap peringatan hari ini sebagai sebuah acara impor budaya Barat, yang mengancam nilai-nilai Pakistan.
"Hari Valentine tidak ada kaitannya dengan budaya kita dan ini harus dihindari," kata Hussain saat itu.
Selain Hari Valentine, Pakistan juga telah melarang budaya Barat lainnya yang diadopsi para pebisnis negara itu untuk kepentingan bisnis, termasuk Black Friday.
Langkah ini membuat banyak pengusaha Pakistan berebut untuk mengubah citra penjualan mereka, dengan beberapa menyatakan bahwa mereka memegang penjualan 'White Friday' atau 'Green Friday', dengan menggunakan warna yang dianggap lebih 'Islami' secara budaya.