TEMPO.CO, Jakarta -Pejabat salah satu organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa menyebut Myanmar belum aman bagi pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh.
Seperti dilansir The Washington Post, Kamis 25 Januari 2018, Wakil Direktur Badan Dunia untuk Anak atau UNICEF, Justin Forsyth mengatakan, banyak pengungsi Rohingya ingin kembali ke desa mereka di Myanmar. Tapi mereka takut akan keselamatannya jika kembali sekarang.
"Situasinya tidak aman untuk repatriasi," kata Forsyth dalam kunjungan ke kamp pengungsi di Kutupalong, Bangladesh.
Forsyth mengatakan laporan menyebut serangan terhadap Muslim Rohingya masih berlanjut di Myanmar. Kondisi ini membuat ratusan ribu pengungsi Rohingya yang tinggal di Bangladesh belum aman untuk kembali ke rumah mereka.
Baca juga:
Ini Alasan Nasionalis Buddha Myanmar Tolak Kehadiran Rohingya
"Saya berbicara dengan seorang wanita muda, yang telah berbicara di telepon dengan bibinya, di Rakhine di Myanmar. Menurut sang bibi, desa mereka masih diserang hingga hari ini," ujar dia.
Forsyth menambahkan bahwa organisasi internasional tidak memiliki akses ke daerah yang mengalami kekerasan komunal di Myanmar."Saat ini kondisinya tidak di tepat," katanya.
Lebih dari 680 ribu etnis Rohingya melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine Myanmar pada Agustus lalu. Mereka menyelamatkan diri setelah tentara Myanmar menyerang desa mereka menyusul serangan milisi Rohingya terhadap pos polisi.
Berdasarkan kesepakatan yang diteken oleh Myanmar dan Bangladesh, repatriasi pengungsi Rohingya dimulai secara bertahap pada Selasa lalu.
Namun Bangladesh menunda pemulangan tersebut pada menit-menit terakhir. Menurut mereka dibutuhkan lebih banyak waktu mengingat Myanmar tidak bisa menjamin keamanan pengungsi Rohingya.
Rohingya telah lama menghadapi penindasan di Myanmar. Mereka dianggap sebagai imigran ilegal dari Bangladesh sehingga hak mendasar dicabut, termasuk kebebasan untuk bergerak.