TEMPO.CO, Jakarta - Suriah sepenuhnya siap menembak jatuh jet tempur Turki yang melintas di langit Suriah untuk menggempur kota Afrin yang menjadi benteng kekuatan pasukan Kurdi.
"Kami peringatkan bahwa pasukan angkatan udara Suriah dengan kapasitas penuh dan sepenuhnya siap untuk menghancurkan target udara Turki di wilayah udara Republik Arab Suriah," kata Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Miqdad kepada jurnalis, seperti dilaporkan kantor berita resmi negara itu, SANA, Kamis, 18 Januari 2018.
Baca: Kisah Warga Afrin Digempur Turki Saat Buru Pasukan Kurdi
Dia menegaskan jika Turki memulai aksi militernya di Afrin, maka Damaskus akan mempertimbangkan tindakan agresif negara tetangganya itu sebagai pelanggaran atas kedaualatan Suriah sebagai negara.
Afrin yang merupakan wilayah yang dikendalikan Kurdi dan menjadi kawasan enclave di utara Suriah tak lama setelah perang saudara pecah di Suriah tahun 2011.
"Afrin merupakan wilayah khusus, dan wilayah utara dan timur Republik Arab Saudi selamanya menjadi wilayah Arab dan Arab Suriah dan tetap seperti itu," ujar pernyataan resmi pemerintah Suriah seperti dikutip dari Rudaw.net, 19 Januari 2018.
Baca: Pasukan Khusus Turki Beroperasi di Suriah
Turki intensif menyerang kota Afrin untuk memburu para milisi Kurdi yang tergabung dalam Unit Perlindungan Rakyat atau YPG. Turki menganggap YPG sebagai kelompok teroris yang mengancam keamanan negara itu.
YPG dianggap sebagai perluasan dari PKK, organisasi teroris terlarang di Turk dan Amerika Serikat. Namun, YPG membantah tudingan itu.
Turki menegaskan tidak akan mengizinkan adanya koridor teror di wilayah perbatasannya dengan Suriah Kurdistan di selatan atau diberi nama Rojava.
Baca: Turki Ancam Gelar Perang ke Perbatasan Suriah, AS Bilang Ini
Pada Kamis, 18 Januari 2018, Panglima tentara Turki dan Kepala Badan Intelijen Turki terbang ke Moskow, Rusia untuk meminta izin untuk menggunakan langit Arfin untuk menggempur milisi YPG.
Turki meminta bantuan Rusia karena negara itu tidak punya kontak dengan Suriah. Selain itu, ada ratusan pasukan militer Rusia tinggal di Afrin, sehingga Turki tidak mau terjadi masalah dengan Rusia saat melakuan operasi militer untuk menggempur pasukan Kurdi.