TEMPO.CO, Jakarta - Saat dua petinggi top militer Turki terbang ke Rusia untuk minta izin menggunakan langit kota Afrin di Suriah untuk menggempur pasukan Kurdi, penduduk di desa-desa di Afrin bergegas meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri.
Dewan pemerintahan distrik Afrin mengatakan serangan bertubi-tubi pasukan militer Turki telah membuat warga sipil meninggalkan desa mereka.
Baca juga:
Baca: Turki Minta Izin Rusia Gunakan Langit Afrin Gempur Pasukan Kurdi
Analis Kurdi, Wladimir van Wilgenburg pun membenarkan telah berlangsung gempuran sengit pasukan Turki kemarin, namun tidak ada laporan tentang gempuran yang terjadi pada hari Senin, 15 Januari 2018.
"Afrain relatif aman dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan dengan provinsi lain di Suriah, telah menjadi tempat tinggal orang yang melarikan diri dari provinsi lainnya. Sekarang, mereka ketakutan karena dapat menjadi korban serangan Turki," kata Wilgenburg seperti dikutip dari ABC.NET.AU, 19 Januari 2018.
Baca: Turki Ancam Gelar Perang ke Perbatasan Suriah, AS Bilang Ini
Otoritas Kurdi di Afrin menuding pemerintah Turki yang membawa pasukan militer dalam jumlah besar sebagai bala bantuan ke Suriah atas nama menghentikan konflik antara pasukan pemerintah Suriah dan pemberontak, justru menyerang desa-desa etnis Kurdi sejak hari pertama kehadiran militer Turki di Suriah.
Menurut Wilgenburg, warga Kurdis yang sedang berusaha mendirikan wilayah otonomi di Suriah, memandang rencana baru Amerika Serikat sebagai konfirmasi bahwa Amerika akan tetap dan melanjutkan dukungan kepada mereka dalam beberapa tahun ke depan.
Sinyal dukungan baru untuk Kurdi di wilayah timur Suriah, ujarnya, akan lebih menjamin pemerintahan lokal Kurdi yang telah dibangun sejak beberapa tahun lalu.