TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dikritik berbagai kalangan karena memilih tetap bermain golf saat warga Pulau Hawaii mengalami kepanikan menyusul munculnya peringatan serangan rudal balistik.
Peringatan soal datangnya rudal disebar ke masyarakat Hawaii oleh petugas setempat pada Sabtu, 13 Januari 2018. Peringatan itu disebarkan melalui pesan singkat telepon genggam dan diteruskan lewat stasiun televisi dan radio lokal.
Baca: Bekas Menhan AS: Perang Nuklir Bisa Terjadi Karena Insiden Hawaii
Namun Badan Manajemen Darurat Hawaii dengan cepat mengklarifikasi lewat cuitan di Twitter bahwa peringatan itu sebuah kesalahan. Butuh waktu 38 menit sebelum peringatan kedua menyatakan bahwa alarm pertama keliru. Pejabat mengatakan ada petugas yang keliru menekan tombol.
Baca: Peringatan! Hawaii Terancam Serangan Rudal Balistik. Ternyata ...
Saat awal peringatan itu menyebar, Trump dilaporkan berada di Trump International Golf Club di West Palm Beach, Florida. Namun, hingga Minggu, 14 Januari 2018, Trump masih tidak mengeluarkan pernyataan resmi atau pribadi apapun di lewat akun Twitternya mengenai peringatan darurat yang memicu kebingungan di seluruh Amerika Serikat.
Dia lebih memilih mencuit tentang "berita palsu" dan sekali lagi menyebut penulis buku Michael Wolff, sebagai "sakit jiwa." Wolff menulis buku "Fire and Fury", yang mengkritk serta membuka rahasia besar Trump selama tahun pertama di Gedung Putih. Trump menyebutnya buku itu berisi berita keliru dan palsu.
Wakil sekretaris pers Gedung Putih Lindsay Walters mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa presiden telah diberi tahu tentang penanganan darurat di negara bagian Hawaii. "Ini murni latihan kesiapan tingkat negara," tambahnya.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan presiden telah mendapat pengarahan secara langsung oleh penasihat keamanan nasional H.R. McMaster, Wakil Penasihat Keamanan Nasional Ricky Waddell dan kepala staf Gedung Putih John Kelly.
Seorang pejabat administrasi senior mengatakan tidak ada respon militer di sekitar presiden selama insiden itu karena tidak ada ancaman aktual yang terdeteksi oleh militer. Sumber itu juga mengatakan Kabinet Trump belum pernah menguji rencana bagaimana reaksi mereka dalam serangan semacam itu
Dunia maya kemudian dengan cepat berubah menjadi 'neraka' bagi Trump. Banyak netizen, baik dari kalangan biasa dan pejabat, mengkritik sikap Trump.
Mereka menuding Trump lebih mementingkan bermain golf daripada keselamatan warga Hawaii. Menurut nitizen ketidakpedulian Trump karena insiden itu tidak langsung mempengaruhi kepentingannya.
Mantan pejabat Pentagon Kolonel Morris Davis mengkritik Trump dalam sebuah tweet karena melanjutkan permainan golf saat liburan yang didanai uang pembayar pajak. Ini dilakukan saat orang-orang Hawaii bersiap untuk menghadapi serangan rudal balistik.
Mantan anggota Kongres, John Dingell, mengatakan Trump lebih memilih bermain golf saat 1,5 juta warga AS di Hawaii terancam serangan rudal.
Anggota Kongres dari Hawaii, Tulsi Gabbard, mengkritik Trump yang lambat dalam merespon ini. "Dia harus bersikap serius soal ini dan mulai berdialog dengan Korea Utara."
Tanggapan datang dari Gubernur David Ige yang meminta maaf kepada orang-orang Hawaii, dan mengatakan salah satu stafnya telah menekan tombol yang salah.
Pernyataan Ige menyusul Emergency Management Agency (Ema) Hawaii, mencuit untuk mengkonfirmasi bahwa tidak ada ancaman rudal di negara bagian AS itu.
Sistem peringatan itu dibuat menyusul potensi jarak antara Hawaii dan Korea Utara. Pada bulan Desember 2017, Amerika menguji peringatan nuklir untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Dingin.
INDEPENDENT | HUFFINGTON POST | REUTERS