TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah aktivis hak asasi manusia di Iran telah menyuarakan kekhawatiran setelah 3 demonstran tewas di sebuah penjara Teheran yang terkenal.
Jumlah korban bertambah setelah pada Senin, 8 Januari 2018, 2 anggota parlemen Iran yang dekat dengan kubu reformis mengkonfirmasi bahwa seorang tahanan, Sina Ghanbari, telah meninggal dunia di penjara Evin.
Baca: Kepala Mossad Bilang Punya Banyak Intel di Iran, seperti Apa?
Sina Ghanbari, 22 tahun, ditahan di Penjara Evin, yang terkenal di Teheran setelah pasukan keamanan menahannya bersama ratusan pemrotes lainnya, yang sebagian besar adalah orang muda Iran.
Baca: Penasihat Donald Trump: Jangan Cabut Sanksi Ekonomi untuk Iran
Seorang anggota parlemen Iran, Tayyebeh Siavashi, mengatakan dia diberitahu oleh petugas keamanan bahwa Ghanbari telah bunuh diri di dalam penjara. Tapi warga Iran di media sosial meragukan penyebab kematiannya versi polisi.
Desas-desus tentang kematian Ghanbari mulai beredar di media sosial Iran pada Minggu, 7 Januari 2018 setelah tersebar kabar dari tahanan yang telah ditangkap dan ditahan bersamanya di Evin.
Sebelumnya, Nasrin Sotoudeh, seorang pengacara hak asasi manusia terkemuka, mengatakan setidaknya 2 pemrotes lainnya telah meninggal di penjara. Namun belum diidentifikasi.
"Saya berbicara dengan seorang tahanan di penjara Evin dan saya diberitahu bahwa 3 tahanan telah kehilangan nyawa mereka," kata Sotoudeh, seperti yang dilansir Guardian pada 9 Januari 2018.
Sedikitnya 21 orang tewas setelah bentrokan antara pemrotes dan petugas keamanan selama lebih dari seminggu demonstrasi. Kebanyakan dari mereka yang tewas adalah pemrotes dan beberapa lagi adalah penjaga keamanan. Lebih dari 1.000 orang, termasuk setidaknya 90 siswa, ditangkap.
Protes tersebut terjadi lebih dari seminggu yang lalu dan pejabat Iran mengumumkan ini telah berakhir pada pekan lalu. Pihak berwenang Iran menyalahkan demonstrasi tersebut didanai negara asing seperti Amerika Serikat, Israel, Inggris dan Arab Saudi.
Protes terkait kesenjangan ekonomi dan kurangnya lapangan pekerjaan itu merupakan yang terbesar sejak demonstrasi 2009 terkait hasil pemilihan Presiden yang disengketakan dengan Mahmoud Ahmadinejad sebagai pemenangnya.
Saat itu laporan kekerasan di penjara juga dikabarkan terjadi di pusat penahanan, Kahrizak, Iran, dan menarik perhatian nasional. Menurut kabar yang bereda sejumlah tahanan yang terlibat dalam aksi protes telah mengalami penyerangan seksual, disiksa dan dibunuh dalam tahanan.
CNN | GUARDIAN | FARSNEWS