TEMPO.CO, Jakarta - Penasihat Presiden Amerika Serikat mendesak agar Donald Trump tidak mencabut sanksi ekonomi untuk Iran terkait dengan kesepakatan nuklir di Wina 2015.
Iran dan sejumlah enam negara super kuat termasuk Amerika Serikat bersepakat mencabut sanksi ekononim setelah Teheran bersedia mengakhiri program nuklir. Kesepakatan tersebut diteken di Wina pada 2015.
Baca: Swedia Dukung Perjanjian Nuklir Iran, Kritik Trump Keliru
Iran Desak Pencabutan Sanksi Ekonomi
Dua penasihat pemerintahan Trump mengatakan kepada kantor berita Reuters, Rabu, 10 Januari 2018, dia tidak memberikan rekomendasi sanksi ekonomi kepada Iran.
"Sanksi itu pernah dicabut sesuai kesepakatan antara Iran dengan Amerika Serikat dan negara kuat lainnya," ujarnya seperti dikutip Al Arabiya, Kamis, 11 September 2018.
Namun, Trump yang pernah bersumpah membatalkan seluruh perjanjian di masa pemerintahan Barack Obama tersebut, tidak mau memperhatikan nasihat yang diberikannya.Presiden baru Iran, Hasan Rouhani melambaikan tangan setelah upacara pengambilan sumpah di gedung parlemen, di Teheran, Iran, Minggu (4/8). Rouhani menyerukan kepada negara Barat untuk menghilangkan sanksi kepada negaranya atas program nuklir yang kontroversial, untuk meringankan beban ekonomi warga Iran. AP/Ebrahim Noroozi
Penasihat yang tak bersedia mengungkapkan identitasnya itu mengatakan, Trump akan mengambil keputusan final setelah menggelar pertemuan dengan para penasihat keamanan nasionalnya yang gelar Kamis ini.
Baca: Trump Jatuhkan Sanksi Atas 5 Entitas Iran terkait Program Rudal
Dia menambahkan, jika Trump benar-benar menerapkan sanksi dengan Iran maka Amerika Serikat akan membuat target bisnis baru antara Iran dengan warganya. Sebelumnya, Uni Eropa menyatakan akan tetap bermitra dengan Iran berdasarkan kesepakatan Wina 2015.