TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan pernyataan kontroversial membantah dugaan dirinya alami gangguan mental menyusul peluncuran buku berjudul "Fire and Fury: Inside the Trump White House" karya jurnalis Michael Wolff.
“Saya meninggalkan dunia usaha yang sangat sukses untuk menjadi bintang televisi top dan Presiden Amerika Serikat (pada percobaan pertama saya). Saya kira itu bukan saja langkah yang cerdas, tapi jenius dan jenius yang sangat stabil," kata Trump dalam kicauan di akun Twitter, seperti dilansir CNN, Sabtu 6 Januari 2018.
Buku karya Wolff, menggunakan mantan ahli strateginya, Steve Bannon, sebagai salah satu sumber utama buku tersebut. Di sana disebutkan bahwa Trump sejatinya tidak berniat untuk menjadi Presiden Amerika Serikat dan stafnya percaya bahwa dia tidak pantas memegang jabatan tinggi.
Baca juga:
Balas Kim Jong Un, Trump: Saya Juga Punya Tombol Nuklir, Namun...
Sebaliknya dia menuduh para pencelanya menyebutnya mengalami masalah stabilitas mental dan kecerdasan untuk memperkuat hasil penyelidikan campur tangan Rusia dalam Pemilu Presiden AS 2016 yang belum mampu mengungkapan keterlibatan Trump dan Rusia.
"Setelah tuduhan soal kolusi dengan Rusia terbukti merupakan berita tidak benar, kini ada lagi buku penipu yang menyebut soal stabiltas mental dan kecerdasan. Sebenarnya, sepanjang hidup saya, dua aset terbesar saya adalah stabilitas mental dan kecerdasan. Hillary Clinton pernah memainkan isu ini tapi seperti diketahui dia gagal," ujar dia.
Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, menolak klaim kepresidenan yang tidak berfungsi. Dia mengatakan bahwa Wolff tidak pernah mewawancarai Trump meskipun mengklaim 'telah berulangkali memohon menemui presiden'.
Jubir tersebut juga menyebut Wolff sebagai seorang pria yang membuat banyak cerita untuk mencoba dan menjual buku.
Namun Wolff bersikeras bahwa dia benar-benar telah berbicara dengan Trump. Meski dia mengatakan bahwa tidak tahu apakah itu bisa disebut wawancara atau tidak.
Baca juga:
Sambut Tahun Baru 2018, Donald Trump Gelar Pesta Mewah
Pertanyaan seputar apakah Trump cukup waras menjadi presiden AS terus merebak selama berbulan-bulan. Bahkan kubu Demokrat di Kongres AS mengajukan RUU yang mewajibkan Trump menjalani tes psikologis dan mengundang seorang psikater dari Universitas Yale untuk menyampaikan kesaksiannnya di Kongres.
"Para anggota legislatif mengaku prihatin atas masalah ini, yakni kebahayaan Presiden, bahaya bahwa instabilitas mentalnya mengancam bangsa ini," kata psikiater Dr. Bandy X. Lee seperti dikutip laman CNN.
"Tuan Trump memperlihatkan tanda-tanda gangguan yang rata-rata orang tidak mengalaminya. Dia bisa menjadi sangat tidak stabil dalam waktu sangat cepat. Perlu ada evaluasi neuropsikiatri yang menganalisis kapasitasnya dalam bertugas.”