TEMPO.CO, Riyadh - Pemerintah Kerjaan Arab Saudi dengan dipimpin Raja Salman melakukan langkah tegas dalam menggulirkan reformasi di negara yang dikenal dengan tradisi konservatif ini. Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, mengatakan pemerintah telah menutup akses mesjid dan lembaga pendidikan dari para pengajar agama ataupun imam yang memiliki pemahaman agama ekstrim.
Baca: Raja Salman Dukung Palestina Soal Yerusalem di Sidang Umum PBB
"Kami tidak akan membiarkan siapapun menyebarkan ideologi kebencian, membiayai ideologi seperti itu ataupun terorisme," kata Adel dalam jumpa pers di Moskow pada 8 Oktober 2017. Saat itu, Adel sedang menemani Raja Salman, yang sedang berkunjung ke Moskow dan menjalin hubungan bisnis dan pertahanan.
Baca: Raja Salman Bertekad Melawan Korupsi di Arab Saudi
Sejak naik tahta pada 23 Januari 2015, Raja Salman mulai memperkenalkan ajaran Islam yang moderat. Raja yang berusia 81 tahun ini merupakan raja ke tujuh di Kerajaan Saudi dan dia menggantikan kakaknya Raja Abdullah bin Abdul Aziz, yang meninggal dunia.
Raja Salman telah menggelar sejumlah langkah reformasi bersama Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman, yang kerap berbicara di ruang publik untuk menjelaskan berbagai kebijakan ayahnya.
Kepada media Guardian, Pangeran Mohammed mengungkapkan visi Kerajaan Saudi yang disebut sebagai "Vision 2030". "Kami sedang kembali ke Islam moderat, yang terbuka terhadap dunia dan semua agama," kata Mohammed, 32 tahun, pada 24 Oktober 2017. "70 persen warga negara kami berusia lebih muda dari 30 tahun. Sejujurnya, kami tidak ingin buang waktu 30 tahun lagi untuk melawan pemikiran ekstrim. Kami akan menghancurkannya sekarang dan segera."
Berikut ini langkah reformasi besutan Raja Salman, yang sehari hari dibantu Putra Mahkota Mohammed Bin Salman:
30 Januari 2017
Konser Besar Pertama
1. Kerajaan Arab Saudi mengizinkan konser musik untuk pertama kalinya pada 30 Januari 2017 di Kota Jeddah, yang berbatasan dengan pelabuhan. Saat itu sekitar 8000 lelaki menonton konser musik yang menampilkan penyanyi musik terkenal Saudi Mohammed Abdo, yang memiliki julukan "Artist of the Arabs".
Selama sekitar lebih dari satu dekade, Abdo rutin menggelar konser pribadi di rumah orang-orang Saudi di luar negeri. Ini karena sebelumnya Kerajaan tidak mengizinkan konser musik untuk tampil di dalam negeri. Saat konser pertama itu Abdo diiringi 60 pemusik Mesir dan ditemani dua penyanyi populer lainnya yaitu Rabeh Sager, yang berkewarganegaraan Saudi, dan Majid Al-Muhandis, yang berkewarganegaran Irak dan Saudi.
"Perasaan saya luar biasa. Penonton kangen kepada kami dan kami kangen kepada mereka," kata Muhandis. Acara ini digelar oleh konglomerat Paangeran Alwaleed bin Talal lewat perusahaan hiburan bernama Rotana. Belakangan kaum perempuan juga mulai diizinkan untuk menonton konser musik. Saudi juga baru saja mengundang bintang film Hollywood, John Travolta, dan penyanyi rap Kelly untuk mengisi talkshow dan bernyanyi secara terpisah.
27 September 2017
Perempuan Boleh Mengemudi
2. Pemerintah Saudi mengumumkan membolehkan perempuan mengemudi pada 27 September 2017. Aturan baru ini bakal mulai dilakukan pada Juni 2018. Menurut Pangeran Mohammed, izin bisa diberikan dengan mengacu kepada aktivitas kaum perempuan zaman Nabi Muhammad yaitu mengendarai unta sebagai alat transportasi seperti kaum lelaki. Untuk menggolkan ini, pemerintah Saudi akan membuka beberapa sekolah mengemudi untuk kaum perempuan, dan membentuk lembaga baru untuk pelaksanaannya. Kebijakan ini menjadi angin segar bagi aktivis perempuan yang telah memperjuangkan ini selama bertahun-tahun.
September 2017
Deradikalisasi Tokoh Agama
3. Pemerintah Arab Saudi mulai mengurangi secara drastis pengaruh dari para ulama garis keras bermazhab Wahabi, yang selama ini mengendalikan tafsir agama oleh publik dan kerajaan. Dua tokoh agama konservatif ikut ditahan seperti Sheikh Salman al-Ouda dan Sheikh Awad al-Qarni. Proses ini berlangsung secara bertahap mulai September 2017. Ada ribuan tokoh agama yang masuk kategori berpahaman ekstrim yang diberhentikan pemerintah dari mesjid dan sekolah. Pemerintah Saudi juga mencukur kewenangan polisi syariah, yang sebelumnya sangat dominan dalam mengawasi aktivitas publik. Lembaga ini dilebur ke dalam Kementerian Dalam Negeri dan tidak bisa lagi melakukan penangkapan hingga memenjarakan warga.
29 Oktober 2017
Stadiun Terbuka untuk Perempuan
4. Pemerintah Kerajaan Saudi juga membuka akses bagi kaum perempuan untuk bisa menonton pertandingan olah raga di stadion. Kebijakan ini diumumkan pada Ahad, 29 Oktober 2017 dan akan berlaku pada awal tahun depan. "Kami sedang menyiapkan tiga stadion di Riyadh, Jeddah, dan Damman untuk bisa mengakomodasi perempuan pada awal 2018," kata Otoritas Olahraga Saudi di akun Twitter seperti dilansir Guardian. Ini artinya, kaum perempuan bisa menonton pertandingan olah raga bersama kaum lelaki mulai tahun depan. Kaum perempuan diizinkan memasuki stadium untuk pertama kalinya pada saat perayaan ulang tahun Kerajaan Saudi. Raja Salman melakukan moderasi Arab Saudi lewat berbagai bidang termasuk seni budaya.
14 Nopember 2017
Yoga Diizinkan
5. Kementerian Perdagangan dan Investasi Saudi mengumumkan yoga menjadi olahraga yang boleh dilakukan dan dikembangkan pada 14 Nopember 2017. Orang-orang yang ingin menjadi instruktur yoga bisa mengajukan perizinan ke kementerian. Nouf Marwaai menjadi instruktur yoga pertama dan dianggap sebagai motor penggerak disetujuinya olahraga ini oleh negara. Dia juga pendiri Arab Yoga Foundation di Saudi pada 2010. "Saya senang olahraga mulai berkembang di sini," kata Marwaai, 37 tahun. Al Araby melansir saat ini ada lima sekolah yoga yang telah menjalani aktivitasnya selama beberapa tahun terakhir.
GUARDIAN | REUTERS | ARABIYA | SAUDI GAZETTE