TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin bersepakat bahwa keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang status Yerusalem berdampak negatif terhadap perdamaian serta stabilitas kawasan Timur Tengah.
Seperti dilansir Reuters pada Jumat, 8 Desember 2017, kesepakatan itu dicapai lewat percakapan telepon pada Kamis, 7 Desember 2017.
Baca: Uni Eropa Tidak Pindahkan Kedutaannya ke Yerusalem
"Presiden Erdogan dan Putin menekankan langkah terakhir pemerintah Amerika akan berdampak negatif pada perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah," kata seorang sumber dari kantor kepresidenan Turki.
Baca: Bella Hadid Curhat Soal Status Yerusalem, Apa Isinya?
Percakapan telepon ini terjadi sehari setelah Trump mengumumkan Amerika mengakui Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan keputusan memindahkan Kedutaan Besar dari Tel Aviv ke Yerusalem, meski mendapat tentangan dari internasional.
Kota Yerusalem tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina. Orang-orang Palestina berharap Yerusalem Timur—yang sekarang diduduki Israel—dapat menjadi ibu kota negara Palestina masa depan.
Menjelang pemilihannya tahun lalu, Trump berulang kali berjanji merelokasi Kedutaan Besar Amerika ke Yerusalem.
Sebelumnya, pada Kamis, 7 Desember 2017, sumber-sumber kepresidenan Turki mengatakan Erdogan dan Paus Fransiskus telah sepakat bahwa setiap usaha untuk mengubah status Yerusalem harus dihindari.
ANADOLU AGENCY| REUTERS