TEMPO.CO, Jakarta - Myanmar dan Bangladesh, Selasa, 24 Oktober 2017, setuju mengenai stabilitas gejolak di Rakhine, tetapi gagal mencapai kesepakatan mengenai pemulangan pengungsi Rohingya.
"Bangladesh ingin pemulangan pengungsi Rohingya sesegera mungkin. Namun kami akan melakukan langkah demi langkah dan membentuk tim gabungan untuk pemulangan mereka," kata U Kyaw Zeya, Sekretaris Tetap Kementerian Luar Negeri Myanmar, kepada wartawan dalam sebuah pertemuan.
Baca: Rohingya Tolak Ikut Verifikasi untuk Pulang ke Myanmar
Sekitar 600 ribu muslim Rohingya kabur dari Myanmar sejak 25 Agustus 2017 ketika sejumlah pria bersenjata menyerang pos polisi di Maungdaw, negara bagian Rakhine. Aksi ini dibalas aparat keamanan dengan pembersihan etnis.
Menteri Dalam Negeri Myanmar, Letnan Jenderal Kyaw Swe, dan rekannya dari Bangladesh Asaduzzaman Khan bertemu di ibu kota administratif pada Selasa kemarin.Sejumlah bocah Rohingya belajar mengaji di kamp pengungsian Palong Khali di dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 24 Oktober 2017. Meski tinggal di tenda pengungsian, anak-anak tetap semangat belajar mengaji dengan fasilitas seadanya. REUTERS/Hannah McKay
Pada pertemuan tersebut, keduanya membicarakan penghentian eksodus massal pengungsi ke Bangladesh dan menormalkan keadaan di Rakhine sebagai persiapan pemulangan pengungsi.
"Kami, bagaimanapun juga, akan melakukan pembangunan kembali dan menyusun rencana pemukiman untuk menerima mereka," kata U Tint Myint, Sekretaris Tetap Kementerian Dalam Negeri Myanmar.
Baca: PM Bangladesh Tuding Myanmar Provokasi Perang Terkait Rohingya
Menurut laporan The Irrawaddy, pertemuan utusan Myanmar dan Banglades di Yanggon, Selasa, hanya menyepakati dua masalah yakni soal keamanan dan kerja sama perbatasan.
"Myanmar dan Bangladesh tidak mencapai kata sepakat masalah pemulangan pengungsi," tulis The Irrawaddy.
THE IRRAWADDY