TEMPO.CO, Jakarta - Bangladesh membuka pembicaraan dengan tetangganya, Myanmar, Senin, 2 Oktober 2017, untuk mengembalikan 500 ribu pengungsi muslim Rohingya ke Myanmar, yang sebagian besar tiba di negeri itu pada akhir Agustus lalu.
Sejak 25 Agustus 2017, menurut taksiran PBB, 507 ribu muslim Rohingya eksodus dari Myanmar untuk menghindari kekerasan di sana.
"Ini perkembangan tercepat di dunia soal pengungsi. Negeri berpenduduk mayoritas Buddha itu sedang melakukan program pembersihan etnis," bunyi pernyataan PBB sebagaimana dikutip sejumlah media. Myanmar menolak tudingan PBB.
Baca: PM Bangladesh Desak PBB Bentuk Zona Aman Rohingya di Myanmar
Pasukan Myanmar melancarkan serangan di sebelah utara negara bagian Rakhine untuk merespons pemberontakan yang dilakukan oleh milisi Rohingya pada 25 Agustus.
Myanmar berdalih bahwa serangan yang mereka lancarkan tersebut akibat ulah para pemberontak yang menyerang warga sipil dan melakukan pembakaran terhadap lebih dari 400 desa Rohingya di utara Rakhine. Tetapi tuduhan Myanmar tersebut dibantah oleh pemberontak.
"Lebih dari 500 orang tewas dalam kekerasan terakhir, hampir seluruhnya adalah kaum pemberontak," bunyi pernyataan Myanmar.
Kekerasan berdarah itu membuat Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina prihatin. Selanjutnya, Hasina mendesak agar seluruh kekerasan tersebut diakhiri dan meminta Myanmar menyiapkan zona aman bagi para pengungsi untuk kembali.
Dia juga meminta tim pencari fakta PBB datang ke Myanmar, sekaligus meminta negara tersebut mengimplementasikan masukan dari bekas Sekjen PBB Kofi Annan guna memecahkan masalah Rohingya.
Dalam pertemuan dengan utusan pemerintah Myanmar, Kywa Tint Swe, di Dhaka pada Senin ini, Bangladesh akan berfokus pada lima usulan, di antaranya adalah pengembalian pengungsi ke Myanmar.
Baca: PBB: 90 Ribu Warga Rohingya Tiba di Bangladesh
"Kami rasa permasalahan pengungsi tidak bisa dipecahkan hanya sekali pertemuan," kata pejabat Bangladesh, yang tak bersedia disebutkan namanya.
Krisis pengungsi Rohingya menjadi problem terbesar bagi pemimpin Aung San Suu Kyi, sejak membentuk pemerintahan tahun lalu setelah memenangi pemilu pada 2015.
Aung San Suu Kyi, dalam pidato nasionalnya bulan lalu, mengatakan Myanmar siap memulai pembicaraan dengan Bangladesh sesuai dengan kesepakatan 1993 dan bersedia menerima kembali para pengungsi tanpa pengecualian. Saat ini, ada sekitar 300 ribu pengungsi Rohingya di Bangladesh sebelum terjadi eksodus besar-besaran.
REUTERS | CHOIRUL AMINUDDIN