Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari-hari Terakhir Ikon Revolusi Che Guevara

Reporter

Editor

Abdul Manan

image-gnews
Lukisan Che Guevara
Lukisan Che Guevara
Iklan

TEMPO.CO, Sucre - Pada 3 November 1966, seorang pengusaha paruh baya asal Uruguay bernama Adolfo Mena González mendarat di La Paz, Bolivia. Dia memilih hotel yang menghadap ke pemandangan salju di ketinggian Gunung Illimani, dan mematut dirinya sendiri -yang kelebihan berat badan, botak, dengan cerutu di mulutnya- di depan cermin. Pria itu tak lain adalah Ernesto "Che" Guevara, ikon revolusi dan gerilyawan Marxis, yang sedang menyamar.

Bolivia adalah negara kedua yang dituju Che untuk proyek revolusinya setelah Kongo. Sama-sama gagal, tapi Bolivia menjadi akhir dari langkahnya untuk menebarkan bibit revolusi di Afrika dan Amerika Selatan. Ia akhirnya ditangkap oleh militer Bolivia yang dilatih Amerika Serikat dan dieksekusi mati pada 9 Oktober 1967. Pemerintah Bolivia dan sejumlah pengagum Che, Senin 9 Oktober 2017, memperingati 50 tahun kematiannya.

***

Che lahir di Rosario, Argentina, 14 Juni 1928. Setelah menyelesaikan studi kedokterannya di Universitas Buenos Aires, Che aktif dalam politik di negara asalnya Argentina dan kemudian di negara tetangga Bolivia dan Guatemala. Pada tahun 1954, dia bertemu revolusioner Kuba Fidel Castro dan saudaranya, Raul, saat berada di Meksiko.

Che bersama Fidel Castro berhasil menumbangkan pemerintahan diktator Kuba yang didukung AS, Fulgencio Batista. Revolusi Kuba (1956–1959) mengakhiri kekuasaan Batista dan mengantarkan Fidel ke tampuk kekuasaan. Che sempat menjadi kepala penjara La Cabaña Fortress, menteri dan juga kepala bank nasional Kuba.

Di tahun 1965 Che memilih untuk mengikuti kata hatinya untuk kembali bergerilya untuk menggelorakan revolusi di Afrika dan Amerika Selatan. Salah satu percobaan revolusinya, tapi kurang berhasil, adalah Kongo. Peringatan soal kegagalan revolusi yang akan dilakukan Che ini sebelumnya sudah diperingatkan oleh kawannya, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.

Che menolak ajakan untuk pulang ke Kuba dan memilih pergi ke Bolivia. Ia menginjakkan kakinya di negara itu pada November 1966. Menurut Jon Lee Anderson, penulis biografi Che Guevara: A Revolutionary Life, Bolivia dipilih untuk menjadi tempat peluncuran revolusi regional, yang harapannya kemudian menyebar secara global. "Kalau dipikir-pikir lagi Anda bisa merasakan kenaifan tertentu: idealisme yang hampir sempurna," kata Anderson kepada Guardian.

Para peneliti berhipotesis bahwa rencana Che untuk mengobarkan revolusi di Bolivia gagal karena sejumlah alasan. Salah satunya karena tak adanya dukungan dari Partai Komunis Bolivia. Di bawah kepemimpinan Mario Monje, komunis negara itu lebih berorientasi ke Moskow dan bukan ke Havana. Dalam buku harian Che yang didapat setelah kematiannya, dia menulis tentang Partai Komunis Bolivia yang dia nilai "tidak dapat percaya, tidak setia, dan bodoh".

Che juga dinilai salah menerka kekuatan musuhnya. Dia memperkirakan hanya akan berurusan dengan militer Bolivia yang kurang terlatih dan diperlengkapi. Dia tidak menyadari bahwa pemerintah Amerika Serikat telah mengirim sebuah tim komando untuk membantu pemerintah memadamkan pemberontakan kelompok Kiri itu. Tentara Bolivia juga dilatih oleh Pasukan Khusus Angkatan Darat AS, termasuk dalam perang di hutan.

Menurut Guardian, keadaan menjadi tidak beres segera setelah Che dan 47 gerilyawan lainnya tiba di daerah Ñancahuazú yang tandus dan berduri. Mereka kehilangan kontak radio dengan Kuba, dan pasokannya juga terus merosot. Selain itu gerak mereka juga diganggu oleh penyakit dan serangga yang menyerangnya.

Pada 31 Agustus sebuah penyergapan tentara Bolivia menyapu bersih separuh pasukan Che. Sisanya berjalan dengan susah payah lari ke arah pegunungan untuk keluar dari jebakan. Che, yang menderita asma, mengendarai keledai menuju desa terpencil di La Higuera. Senjata Che juga tak berfungsi. Terluka, dia menyerah pada batalyon di bawah komando seorang kapten berusia 28 tahun, Gary Prado. "Jangan tembak. Saya Che. Saya lebih berharga untuk Anda dalam keadaan hidup," kata Che.

Detail cerita berbeda disampaikan oleh Felix Rodriguez, agen dinas rahasia AS, Central Intelligence Agency (CIA) yang ditugaskan untuk membantu Bolivia memburu Che. Menurut Rodriguez, dia tahu Che ada di daerah tersebut. Dengan informasi itulah ia menemui Kolonel Zenteno Anaya, salah satu komandan militer Bolivia, dan memintanya untuk menggerakkan batalyon untuk melakukan operasi, meski hanya memiliki dua minggu untuk melatihnya.

Pada 7 Oktober 1967, salah satu kompi batalion yang dipimpin Gary Prado menerima laporan intelijen dari seorang petani bahwa ada suara-suara di tempat yang seharusnya tidak orang di sana. "Malam itu Gary Prado mengepung Quebrada del Yuro dengan kurang dari 200 orang," kata Rodriguez. Keesokan harinya, pasukan itu terlibat baku tembak dengan pasukan Che. Gerilyawan legendaris itu terluka di kaki kanannya dan ditangkap,  8 Oktober 1967.

Che dan kawannya yang tertangkap, Simeón "Willy"  Sarabia, dikawal ke La Higuera dan ditahan di ruangan terpisah di sebuah sekolah. Prado sempat mengobrol dengan Che, dan mengatakan bahwa dia membawakannya makanan, kopi, dan rokok.

Ketika Che bertanya apa yang akan terjadi padanya, Prado mengatakan bahwa dia akan diadili di Kota Santa Cruz. "Dia terlihat tertarik karena mungkin merasa memiliki kesempatan di pengadilan," kata Prado. Persidangan itu tidak pernah terjadi. Menurut Prado, perintah yang datang keesokan harinya adalah untuk "menyingkirkannya". 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Rodriguez, Che diinterogasi tapi tak banyak kalimat yang keluar dari mulutnya. Rodriguez mengatakan, ia akhirnya bisa membuat Che berbicara setelah menyinggung aksi revolusionernya yang naas di Afrika.

Ketika Rodriguez menanyakan mengapa Che memilih bergerilya di Bolivia, ini alasan Che. Pertama, negara ini jauh dari Amerika Serikat. Kedua, ini negara yang sangat miskin sehingga ia tidak yakin Amerika Serikat akan memiliki banyak kepentingan di Bolivia. Ketiga, dan yang paling penting baginya, ini berbatasan dengan lima negara yang berbeda. Che mengatakan bahwa jika ia mampu mengambil alih Bolivia, akan menjadi lebih mudah bagi gerakan revolusi menyebar ke Argentina, Brazil, Chili, Peru --negara-negara di sebelah Bolivia.

Sebagai agen CIA, Rodriguez mengaku mendapatkan perintah untuk menjaga agar Che tetap hidup, meski dalam perburuan itu komando ada di tangan Bolivia dan ia hanya bertindak sebagai penasihat. "Setelah dia ditangkap, saya meminta Kolonel Zenteno untuk membiarkannya tetap hidup. Sementara saya berbicara dengannya, meski putus sambung, karena Zenteno berada di daerah operasi. Saat itulah datang panggilan telepon, termasuk panggilan kode naas nomor 500 dan 600."

Menurut Rodriguez, 500 adalah kode untuk Che, 600 adalah kode untuk membunuhnya, dan 700 adalah kode untuk membuatnya tetap hidup. "Dan perintah yang datang dari presiden Bolivia dan panglima tertinggi angkatan bersenjata adalah 500, 600," kata Rodriguez.

Menurut sebuah dokumen yang dikutip Newsweek, perintah untuk membunuh Che dan koleganya datang pada pagi 9 Oktober 1967 yang itu berbeda dari perintah sebelumnya. Prajurit pertama yang diberi tugas untuk mengeksekusi Che "tidak dapat melaksanakan perintah" tersebut. Tugas itu lantas diberikan kepada tentara lain yang "harus memperkuat keberaniannya dengan menenggak beberapa gelas bir."

Dokumen itu juga menyatakan bahwa Che sempat menolak untuk duduk seperti yang diperintahkan oleh sang algojo dengan mengatakan: "Ketahuilah, Anda membunuh seorang pria." Itulah kata-kata terakhir Che sebelum tentara itu melepaskan tembakan dengan M2 Carbine-nya. Timah besi yang menyalak dari senapan tempur itu membuat Che terdorong mundur ke dinding rumah mungil itu.

Rodriguez mengaku meninggalkan ruangan itu sebelum tentara itu menambaknya. Setelah itu, seorang pendeta tiba untuk memberinya berkah Katolik. Rodriguez mengambil beberapa foto Che. Tak berselang lama ia bersama pejabat militer Bolivia, naik helikopter, dan mendarat di Vallegrande, bersama mayat Che.

Sebelum Che diam-diam dimakamkan di sebuah kuburan massal, tentara Bolivia meletakkan tubuhnya yang kurus dan memajangnya untuk media di Vallegrande. Jenazahnya ditempatkan di wastafel rumah sakit saat fotografer mengambil gambar yang kemudian diterbitkan secara internasional. Menurut Washington Post, Komandan Bolivia juga memerintahkan jari tangan Che dipotong sehingga pihak berwenang dapat memeriksa sidik jarinya dan memberi Fidel Castro bukti yang tak terbantahkan bahwa sekutunya itu telah tewas.

Setelah 50 tahun kematiannya, Che telah menjadi ikon yang hidup dan matinya selalu dikenang. Hutan tempat dia ditangkap dan gedung sekolah tempat dia terbunuh, menjadi tempat wisata. Ada patung Che di La Higuera. Di bawahnya tertulis ungkapan, "Teladanmu menyalakan fajar baru."

Wajah Che, dengan rambut hitamnya yang tebal, janggut berantakan dan baret yang familiar, dicetak di kaos, dinding, dan spanduk.

Presiden Bolivia Evo Morales, di depan massa yang memperingati kematian Che, Senin 9 Oktober 2017, menyatakan peringatan ini sebagai momen bersejarah. "Memperingati 50 tahun kematian Che adalah mengingat perjuangan untuk kehidupan yang bermartabat dan kedaulatan nasional, dan juga melawan imperialisme," kata Morales.

Jon Lee Anderson menggambarkan Che sebagai seseorang yang karismatik, tapi juga sombong, dingin, dan murung. Dia adalah seorang pemimpin yang tak kenal takut, tapi juga orang yang sembrono, yang pada usia akhir 30-an memutuskan untuk meninggalkan keluarganya tanpa jaminan bahwa dia akan kembali. "Dia melakukan hal-hal yang tidak dilakukan orang lain," kata Anderson.

Abdul Manan | Newsweek | Guardian | Washington Post | Newsmax

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran