TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Khusus Angkatan Darat, Korea Utara, melakukan latihan selama beberapa hari pada pertengahan September untuk persiapan penyusupan ke lokasi Komando Pasukan Gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Seperti diberitakan Yonhap News Agency, perlengkapan paralayang ini dianggap mudah digunakan dalam operasi militer karena hanya memiliki berat 3 hingga 4 kilogram.
Baca: Hacker Korea Utara Curi Data Mliter Rahasia Korea Selatan
Pasukan Khusus Korea Utara bisa membawa paralayang yang terlipat di atas punggung, menaiki sebuah puncak bagunan atau bukit dan meluncur untuk melakukan serangan mendadak di markas pusat komando musuh.
Menurut pejabat militer Korea Selatan, pasukan khusus Korea Utara telah berlatih pada September dengan simulasi menyerang markas Komando Pasukan Gabungan.
Baca: Korea Utara Ungkap Niat CIA Bunuh Kim Jong Un Pakai Racun
Pasukan khusus Korea Utara juga telah membangun contoh bangunan kantor Kepresidenan Korea Selatan Cheong Wa Dae sebagai sasaran latihan untuk mempertajam kemampuan mereka menyelinap masuk.
Dalam latihan paralayang ini, pasukan khusus Angkatan Darat Korea Utara ditemani pasukan khusus Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
Salah seorang pengamat di bidang pertahanan Korea Selatan mengaku merasa khawatir pasukan paralayang Korea Utara itu akan sulit terdeteksi radar Angkatan Darat Korea Selatan.
"Pasukan paralayang yang terbang dengan posisi rendah dan tidak menimbulkan suara dapat digunakan untuk serangan mendadak seperti pesawat tanpa awak," kata sumber itu kepada Yonhap News.
Sumber ini juga menambahkan pasukan Korea Utara mampu melakukan infiltrasi dengan sumber daya terbatas baik secara finansial maupun perlengkapan.
Untuk mengantisipasi serangan pasukan Korea Utara, militer Korea Selatan dan Amerika Serikat mengadakan latihan militer bernama SHORAD untuk pertahanan udara jarak dekat pada akhir September kemarin.
Ini dilakukan untuk mengantisipasi serangan terbang rendah pasukan pesawat tempur, helikopter dan pesawat pengangkut militer Korea Utara. Ini merupakan latihan pertahanan udara jarak dekat pertama yang digelar kedua sekutu.
YONHAP | MUHAMMAD IRFAN AL AMIN