Presiden Rusia, Vladimir Putin duduk di dalam bathyscaphe (kapal eksplorasi bawah laut) menyelam di laut hitam sepanjang pantai Sevastopol, Crimea, 18 Agustus 2015. Selain melihat puing-puing dari kapal dagang kuno, Putin juga memantau wilayah Crimea yang menjadi sengketa dengan Ukraina. Alexei Nikolsky/RIA-Novosti via AP
TEMPO.CO, Washington- Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump,memberi sinyal untuk mencabut sanksi terhadap Rusia. Seperti yang dilansir CNN pada 14 Januari 2017, dalam sebuah wawancara, Trump akan mempertimbangkan pencabutan sanksi jika Rusia membantu AS dalam memerangi teroris atau dengan tujuan lain yang penting untuk AS.
"Jika Rusia benar-benar membantu kami, mengapa harus memberikan sanksi terhadap seseorang yang melakukan beberapa hal yang sangat besar?" kata Trump saat diwawancara Wall Street Journal.
Trump mengatakan dia siap untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, setelah resmi dilantik sebagai orang nomor satu negeri Paman Sam.
Presiden Barack Obama telah menjatuhkan sanksi pada Rusia. Sanksi yang diberikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tersebut dimulai pada 2014 ketika Rusia dianggap mencaplok wilayah Ukraina yang notabene merupakan sekutu AS, Crimea.
Saat itu Obama bersama dengan negara anggota Uni Eropa menjatuhkan sanksi berupa pembatasan akses bagi individu, entitas, perusahaan atau institusi-institusi finansial, energi, dan pertahanan Rusia ke pasar Uni Eropa dan AS. Selain itu, sanksi juga berlaku terhadap perdagangan senjata dan membatasi akses Rusia terhadap beberapa teknologi terkait produksi perminyakan.
Perusahaan-perusahaan minyak dan gas besar, seperti Gazprom, Rosneft dan Transneft masuk dalam daftar sanksi ekonomi tersebut. Sanksi terhadap Rusia juga diberlakukan pada perusahaan penerbangan United Aircraft Corporation, yang memproduksi pesawat tempur MiG dan Sukhoi. Perusahaan senjata Kalashnikov juga masuk dalam daftar perusahaan yang terkena sanksi.
Lalu pada tahun berikutnya AS memperluas sanksinya kepada Rusia dengan melarang warganya berbisnis dengan individu dan perusahaan milik negara Rusia.
Sanksi AS berlanjut pada 2016 terkait tuduhan campur tangan Rusia dalam perang sipil di Suriah. AS menjatuhkan sanksi terhadap industri pertahanan Rusia, yang telah membantu Suriah melawan ISIS.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, Washington menjatuhkan sanksi kepada 38 entitas asing dan individu dari sepuluh negara, termasuk Rusia, Tiongkok, dan negara-negara lain pada 28 Juni 2016, setelah melanggar Traktat Nonproliferasi Iran, Korea Utara, dan Suriah. Sanksi tersebut berlaku selama dua tahun.
Lalu sanksi terbaru oleh AS adalah setelah Rusia dituduh meretas email terkait dengan pemilihan umum AS 2016 pada akhir Desember 2016. Obama mengusir 35 diplomat Rusia yang diduga sebagai mata-mata dan menutup dua kompleks diplomat yang dicurigai dijadikan sebagai tempat meretas.
Dalam setiap pernyataan, Rusia selalu membantah semua tuduhan yang dilayangkan oleh AS terhadapnya. CNN|RUSSIA TIMES|REUTERS| DW| YON DEMA
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
34 hari lalu
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.