Seorang anak laki-laki bersama anak-anak imigran lainnya berkumpul di perbatasan Yunani-Makedonia dekat desa Idomeni, Yunani, 3 Desember 2015. Sejumlah imigran terdampar di perbatasan Yunani-Makedonia dan perjalanannya terhambat menuju negara Uni Eropa. Getty Images/Milos Bicanski
TEMPO.CO, Jakarta - Unit intelijen polisi Uni Eropa menyatakan setidaknya lebih dari sepuluh ribu anak-anak migran dilaporkan menghilang setelah tiba di Eropa selama dua tahun terakhir. Europol mengatakan ribuan anak di bawah umur rentan menghilang setelah tercatat dalam otoritas negara.
Laporan ini memperingatkan bahwa banyak anak-anak dan remaja yang dipaksa terjun ke dalam eksploitasi seksual dan perbudakan oleh beberapa kelompok kriminal.
Organisasi Save the Children mengatakan sekitar 26 ribu migran anak tiba di Eropa tahun lalu. Mereka datang tanpa keluarga. Ini adalah pertama kalinya Europol memberikan perkiraan berapa banyak kemungkinan yang hilang di Eropa.
"Ini tidak masuk akal jika kita mengatakan sedang mencari lebih dari sepuluh ribu anak," kata Kepala Europol, seperti dilansir BBC.com, Minggu, 31 Januari 2016.
"Tidak semua dari mereka dieksploitasi secara kriminal. Beberapa dari mereka telah dipulangkan kepada anggota keluarga. Hanya, kami tidak tahu di mana mereka, apa yang mereka lakukan, atau bersama siapa mereka tinggal," ucapnya.
Para pejabat di Italia memperingatkan, sejak Mei 2015, hampir 5.000 anak-anak telah menghilang dari pusat perlindungan atau asylum sejak musim panas sebelumnya.
Pada Oktober 2015, pihak berwenang di Trelleborg di Swedia selatan juga menyatakan sekitar seribu anak-anak pengungsi tanpa pendamping dan remaja yang tiba di kota pada bulan sebelumnya juga telah hilang.
Setelah mengonfirmasikan perkiraan keseluruhan anak di bawah umur yang hilang, juru bicara Europol menuturkan sebagian besar dari mereka kemungkinan menghilang setelah mendarat di Yunani. Negara ini adalah titik masuk pertama bagi sebagian besar dari satu juta migran yang tiba di Eropa dengan kapal pada 2015. Pihak berwenang dikritik karena gagal memeriksa kedatangan migran tersebut.
Europol menjelaskan, beberapa kelompok kriminal diketahui terlibat dalam perdagangan manusia di Eropa dengan menargetkan para pengungsi. Ada kekhawatiran anak tanpa pendamping dan remaja ini terseret menjadi pekerja seks, perbudakan, dan kegiatan ilegal lain.
Juru bicara organisasi Internasional untuk Migrasi atau International Organization for Migration (IOM), Leonard Doyle, mengatakan kepada BBC perihal sosok sepuluh ribu anak yang hilang itu. Ia berujar, fenomena ini mengejutkan sekaligus tidak mengejutkan.
Doyle menuturkan hal itu terjadi sesuai dengan yang dibayangkan bahwa kebanyakan dari mereka akan terjebak dalam eksploitasi. "Mari kita berdoa agar Uni Eropa yang menempatkan mereka dapat menemukan anak-anak ini, membantu mereka bersatu dengan keluarga mereka," ucap Doyle.