Ajudan Netanyahu Terseret Skandal Kebocoran Dokumen Rahasia di Gaza

Reporter

Senin, 4 November 2024 13:25 WIB

Benjamin Netanyahu di Yerusalem, 13 Mei 2024. GIL COHEN-MAGEN/Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Dugaan kebocoran dokumen rahasia Gaza yang melibatkan seorang ajudan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengguncang politik Israel. Bocornya dokumen itu membuat marah keluarga sandera yang ditawan Hamas.

Kasus itu terungkap setelah terbitnya perintah untuk merahasiakan sesuatu. Namun putusan hakim yang mencabut sebagian perintah itu telah memberikan gambaran awal mengenai kasus yang menurut pengadilan telah membahayakan sumber keamanan. Informasi itu juga mungkin telah merugikan upaya Israel untuk membebaskan para sandera.

"Informasi intelijen yang dirahasiakan dan sensitif diambil dari sistem IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dan dibawa keluar secara ilegal," kata putusan Pengadilan Magistrat Rishon Le-Zion pada hari Minggu, 3 November 2024.

Bocornnya informasi itu telah menyebabkan ancaman serius terhadap keamanan Israel dan menimbulkan risiko bagi sumber informasi, menurut pengadilan. Kebocoran tersebut juga dapat merugikan upaya pembebasan para sandera.

Netanyahu telah membantah stafnya telah melakukan kesalahan. Ia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu bahwa dia hanya mengetahui dokumen yang bocor itu dari media.

Advertising
Advertising

Keempat tersangka terdiri dari satu juru bicara dari lingkaran Netanyahu dan tiga di antaranya anggota lembaga keamanan tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar. Rincian dari dokumen yang dimaksud dipublikasikan oleh surat kabar Jerman Bild pada tanggal 6 September, menurut surat kabar Israel Haaretz, salah satu media yang telah mengajukan banding ke pengadilan untuk mencabut perintah pembungkaman tersebut.

<!--more-->

Artikel tersebut, yang diberi label eksklusif, konon menguraikan strategi negosiasi Hamas, kelompok militan Islam Palestina yang telah berperang melawan Israel di Gaza selama lebih dari setahun.

Saat itu, Amerika Serikat, Qatar dan Mesir menengahi pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang akan mencakup kesepakatan untuk membebaskan sandera yang ditawan di Gaza. Namun perundingan tersebut gagal karena Israel dan Hamas saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut. Artikel yang dimaksud sebagian besar sesuai dengan tuduhan Netanyahu terhadap Hamas atas kebuntuan tersebut.

Artikel itu diterbitkan beberapa hari setelah enam sandera Israel ditemukan dieksekusi di terowongan Hamas di Gaza selatan. Pembunuhan para sandera itu memicu protes massal di Israel dan membuat marah keluarga sandera, yang menuduh Netanyahu menggagalkan perundingan gencatan senjata karena alasan politik.

Pada hari Sabtu, sejumlah keluarga bergabung dalam seruan jurnalis Israel untuk mencabut perintah pembungkaman tersebut. "Orang-orang ini telah hidup dalam pusaran rumor dan setengah kebenaran," kata pengacara mereka, Dana Pugach.

"Selama setahun terakhir mereka menunggu informasi intelijen atau informasi apa pun tentang negosiasi pembebasan sandera tersebut. Jika sebagian informasi itu telah dicuri dari sumber militer, maka kami rasa keluarga memiliki hak untuk mengetahui detail apa pun yang relevan," ujarnya.

Dalam sesi lain pada hari Minggu tentang penyelidikan oleh dinas keamanan dalam negeri Shin Bet, polisi dan militer, pengadilan memerintahkan satu tersangka dibebaskan, sementara yang lainnya tetap ditahan, menurut Haaretz.

Ketika ditanya tentang investigasi tersebut, Bild mengatakan bahwa mereka tidak mengomentari sumbernya. "Keaslian dokumen yang kami ketahui dikonfirmasi oleh IDF (Pasukan Pertahanan Israel) segera setelah dipublikasikan," katanya.

Perang di Gaza meletus setelah militan yang dipimpin Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 251 sandera kembali ke daerah kantong itu, menurut penghitungan Israel. Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 43.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar Gaza.

REUTERS

Pilihan editor: Fakta-fakta Menarik Soal Korea Utara yang Membantu Rusia Melawan Ukraina

Berita terkait

Adik Yahya Sinwar Jadi Pemimpin De Facto Sayap Militer Hamas

29 menit lalu

Adik Yahya Sinwar Jadi Pemimpin De Facto Sayap Militer Hamas

Adik Yahya Sinwar, Muhammad Sinwar disebut menjadi pemimpin de facto sayap militer Hamas.

Baca Selengkapnya

Jenderal Iran Korps Garda Revolusi Tewas dalam Kecelakaan Helikopter

4 jam lalu

Jenderal Iran Korps Garda Revolusi Tewas dalam Kecelakaan Helikopter

Jenderal Iran anggota Korps Garda Revolusi Iran meninggal dalam kecelakaan helikopter yang jarang t erjadi di negara itu.

Baca Selengkapnya

Mencari Keadilan atas Kejahatan Perang di Gaza, Pakar Hukum Internasional Gelar Pengadilan Gaza

5 jam lalu

Mencari Keadilan atas Kejahatan Perang di Gaza, Pakar Hukum Internasional Gelar Pengadilan Gaza

Pengadilan Gaza dipimpin oleh Richard Falk, pakar hukum internasional terkemuka dan mantan pelapor khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Persaingan Trump-Harris hingga Hizbullah Terdesak

6 jam lalu

Top 3 Dunia: Persaingan Trump-Harris hingga Hizbullah Terdesak

Berita Top 3 Dunia pada Senin 4 November 2024 diawali persaingan sengit Kamala Harris dan lawannya Donald Trump jelang pilpres AS

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Pejabat Militer Israel Ingin Gencatan Senjata

8 jam lalu

Ini Alasan Pejabat Militer Israel Ingin Gencatan Senjata

Banyaknya korban jiwa dan prospek militer yang suram mendorong para pejabat militer minta Netanyahu pertimbangkan gencatan senjata.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tidak Makan Selama 3 Hari sebelum Terbunuh

10 jam lalu

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tidak Makan Selama 3 Hari sebelum Terbunuh

Media Israel melaporkan bahwa hasil otopsi terhadap jasad Yahya Sinwar menunjukkan bahwa ia tidak makan apapun selama 72 jam terakhir sebelum terbunuh

Baca Selengkapnya

Malaysia Dukung pengusiran Israel dari PBB

11 jam lalu

Malaysia Dukung pengusiran Israel dari PBB

Malaysia telah memulai Langkah untuk dukungan pengusiran Israel dari PBB dengan menyusun rancangan resolusi untuk Majelis Umum PBB.

Baca Selengkapnya

Bos Mossad Akui Sulit Tukar Sandera dengan Hamas: Kami Tak Punya Wewenang saat Negosiasi!

15 jam lalu

Bos Mossad Akui Sulit Tukar Sandera dengan Hamas: Kami Tak Punya Wewenang saat Negosiasi!

Bos Mossad mengatakan perunding Israel tidak diberi wewenang oleh Netanyahu untuk mencapai kesepakatan mengakhiri perang di Gaza

Baca Selengkapnya

Israel Resmi Beri Tahu PBB Soal Pemutusan Hubungan dengan UNRWA

15 jam lalu

Israel Resmi Beri Tahu PBB Soal Pemutusan Hubungan dengan UNRWA

Pemerintah Israel menyatakan telah secara resmi memberi tahu PBB tentang keputusannya untuk memutus hubungan dengan UNRWA

Baca Selengkapnya

UNICEF: Lebih dari 50 Anak Palestina Tewas dalam Serangan Akhir Pekan di Gaza Utara

17 jam lalu

UNICEF: Lebih dari 50 Anak Palestina Tewas dalam Serangan Akhir Pekan di Gaza Utara

Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengutuk serangan mematikan Israel di Gaza dan menyerukan penyelidikan segera

Baca Selengkapnya