TEMPO.CO, Jakarta - Setelah dilakukan otopsi terhadap jasad Yahya Sinwar, para dokter forensik menyimpulkan bahwa Sinwar tidak makan apa pun dalam 72 jam terakhir sebelum terbunuh oleh serangan Israel.
Media Ibrani melaporkan rincian baru mengenai otopsi mendiang pemimpin Hamas Yahya Sinwar. Menurut laporan dari dokter forensik Israel, Sinwar tidak makan selama 72 jam sebelum kematiannya pada 16 Oktober di Rafah saat bentrok dengan pasukan Israel, seperti dilaporkan Roya News.
Chen Kugel, direktur lembaga forensik nasional Israel, mengungkapkan bahwa salah satu jari Sinwar diamputasi untuk mendapatkan sampel DNA untuk verifikasi, karena Sinwar sebelumnya pernah dipenjara dan memiliki catatan medis.
Kugel mengatakan bahwa Sinwar sempat bertahan hidup selama beberapa jam sebelum akhirnya meninggal akibat luka tembak yang menyebabkan kerusakan otak parah.
Tuduhan Israel Sekali Lagi Tak Terbukti
Dilansir Mehr, Dengan alasan bahwa bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Gaza disita oleh pasukan Hamas dan warga Gaza tidak mendapatkan manfaat darinya, Tel Aviv mencegah bantuan tersebut dikirim ke Gaza dan membiarkan warga Gaza kelaparan.
Hasil otopsi membuktikan tuduhan itu tidak beralasan sama sekali. Pemimpin Hamas tersebut tidak makan makanan apa pun dalam kondisi perang selama 3 hari sebelum kesyahidannya.
Sinwar juga dituduh melindungi dirinya dengan para sandera di terowongan Hamas. Masa-masa akhir hayatnya saat menghadapi tentara Israel dengan gagah berani, mengembuskan nafas terakhirnya sendirian membuktikan tuduhan keji itu tidak benar.
The Guardian bahkan menyebut perlawanan Sinwar hingga nafas terakhirnya telah menginspirasi kekaguman dan menjadikannya ikon di Gaza dan sekitarnya.
Sinwar adalah pemimpin Hamas. Ia memimpin Hamas di Gaza sejak kematian pemimpin politik kelompok tersebut, Ismail Haniyeh, di Teheran dan komandan senior Mohammed Deif di Gaza pada Juli tahun ini.
Dia menghabiskan 22 tahun di penjara Israel sebelum dibebaskan pada tahun 2011 dalam pertukaran tahanan.
Dia disebut-sebut telah mengarahkan respons Hamas terhadap perang Israel di Gaza serta negosiasi gencatan senjata.
Para negosiator dalam perundingan damai di Kairo dan Doha mengatakan bahwa para pejabat Hamas akan menghentikan diskusi untuk menunggu instruksi dari Sinwar di Gaza.
Selama setahun terakhir, militer Israel telah menyisir apa yang tersisa di Jalur Gaza setelah meratakan sebagian besar infrastruktur daerah kantong tersebut dan menewaskan lebih dari 42.000 orang.
Israel telah berusaha membunuh Sinwar karena diduga merencanakan serangan yang dipimpin Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, di mana 1.139 orang tewas dan sekitar 250 orang ditawan.
Setelah otopsi, jenazah Sinwar dilaporkan dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan.
Pilihan Editor: WSJ: Balas Serangan Israel, Iran Mungkin Pakai Hulu Ledak lebih Kuat