Kota Jenin di Tepi Barat: Mengapa Israel Menargetkan Kawasan Ini?
Editor
Ida Rosdalina
Rabu, 28 Agustus 2024 20:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Militer Israel menewaskan sedikitnya sembilan orang pada Rabu, 28 Agustus 2024, dalam sebuah operasi besar di Tepi Barat yang melibatkan Jenin dan kota-kota lain, meningkatkan ketegangan saat perang berkecamuk di Gaza antara kelompok militan Palestina, Hamas, dan Israel.
Mengapa Israel menargetkan kota ini?
Terletak di ujung utara Tepi Barat, Jenin adalah rumah bagi sebuah kamp pengungsi yang ramai dengan 14.000 orang. Para penghuni kamp, yang menderita pengangguran dan kemiskinan yang tinggi, adalah keturunan Palestina yang mengungsi selama pembentukan Israel pada tahun 1948.
Jenin memiliki salah satu tingkat pengangguran dan kemiskinan tertinggi di antara 19 kamp pengungsi di Tepi Barat, menurut UNRWA, sebuah badan PBB yang memberikan layanan dasar kepada para pengungsi Palestina.
Jenin dikenal sebagai pusat perlawanan Palestina di Tepi Barat, dengan berbagai kelompok bersenjata, termasuk Brigade Jenin, yang beroperasi di kamp tersebut.
Israel mengklaim bahwa kamp tersebut juga berfungsi sebagai tempat berlindung bagi para pejuang yang didukung oleh Hamas atau Jihad Islam. Israel telah meningkatkan operasi terhadap para pejuang bersenjata di kamp tersebut sejak 2022, dan mengejar mereka dengan intensitas yang lebih besar selama perang Gaza.
Jenin menghasilkan banyak pengebom bunuh diri yang mempelopori Intifada Palestina kedua, atau pemberontakan, antara tahun 2000 dan 2005. Untuk menumpasnya, pasukan lapis baja Israel melakukan serangan dahsyat di kota di mana para militan memiliki berbagai senjata ringan dan gudang bahan peledak yang terus bertambah.
Militer Israel kerap menuduh kelompok-kelompok militan menempatkan para pejuangnya di daerah perkotaan yang padat penduduknya seperti kamp-kamp pengungsi yang sudah ada sejak tahun 1948. Banyak militan yang tinggal di kamp Jenin, sering kali bersama keluarga mereka.
Sejak Maret 2022, Jenin dan daerah-daerah terpencil di bagian utara Tepi Barat telah menjadi sasaran serangan Israel yang semakin intensif setelah serentetan serangan jalanan Palestina.
Kelompok-kelompok militan yang ada di Jenin termasuk Jihad Islam yang didukung Iran dan Hamas.
Memudarnya Otoritas Palestina
Jenin dulunya merupakan benteng pertahanan faksi Fatah Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang berusia 88 tahun.
Namun, Fatah telah kalah bersaing dengan Hamas dan Jihad Islam. Kehadiran mereka yang semakin meningkat sebagian disebabkan oleh kelambanan pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) yang didukung Barat, yang menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di beberapa bagian Tepi Barat dan mengatakan bahwa Israel telah melemahkan kredibilitasnya di jalanan.
Namun kekuatan mereka juga disebut para kritikus sebagai kelemahan Abbas, yang formula negosiasi kenegaraannya dengan Israel runtuh pada 2014, tanpa kebangkitan di cakrawala, dan ketidakmampuan dan korupsi yang dianggap endemik di dalam PA.
Israel mengatakan bahwa kamp pengungsi Jenin merupakan pusat perencanaan dan persiapan serangan militan serta tempat yang aman bagi para pejuang yang didanai oleh Hamas atau Jihad Islam.
<!--more-->
Medan Pertempuran selama Pemberontakan 2000-2005
Jenin adalah tempat terjadinya beberapa kekerasan terburuk selama Intifada kedua, yang dimulai setelah gagalnya perundingan damai yang didukung Amerika Serikat pada tahun 2000 dan berkembang menjadi konflik bersenjata antara Israel dan kelompok-kelompok militan Palestina.
Pada April 2002, Israel melakukan serangan besar-besaran dengan menggunakan senjata di kamp pengungsi Jenin, yang merupakan bagian dari operasi Tepi Barat yang lebih luas, yang menurut Israel bertujuan untuk menghentikan serangan-serangan militan, termasuk serentetan serangan bom bunuh diri yang mematikan.
Sebuah laporan PBB yang dikeluarkan pada bulan Agustus 2002 mengatakan bahwa 52 orang Palestina telah terbunuh dalam serangan Israel ke Jenin, setengahnya adalah warga sipil, sementara Israel kehilangan 23 tentaranya di sana.
Laporan tersebut, yang membantah klaim kepala negosiator Palestina saat itu, Saeb Erekat, bahwa 500 orang telah terbunuh di Jenin, menyalahkan semua pihak yang bertempur karena telah menempatkan warga sipil dalam bahaya.
Laporan tersebut menyebutkan lebih banyak pelanggaran Israel daripada Palestina, terutama penolakan Israel untuk mengizinkan para pekerja kemanusiaan masuk ke dalam kamp. Namun, laporan itu juga mengatakan bahwa para pejuang Palestina diinapkan di rumah-rumah warga sipil.
Kekerasan Baru
Jenin telah muncul kembali sebagai titik nyala dalam gelombang kekerasan Israel-Palestina yang telah mengguncang Tepi Barat selama lebih dari dua tahun, dengan konfrontasi yang sering kali mematikan.
Kekerasan di Jenin terus berlanjut pada 2024.
Pada Mei, pasukan Israel membunuh 10 warga Palestina dan melukai 25 lainnya. Seorang dokter dan seorang remaja termasuk di antara mereka yang terbunuh dalam operasi besar yang melibatkan puluhan kendaraan.
Pada Juni, pasukan Israel menewaskan tiga orang Palestina dan melukai setidaknya 13 orang lainnya dalam sebuah serangan di Jenin.
Bulan ini, Israel mengatakan telah menewaskan dua militan senior Hamas dalam sebuah serangan udara terhadap mobil mereka di Jenin.
REUTERS | AL JAZEERA
Pilihan Editor: Presiden Palestina dan Putra Mahkota Arab Saudi Bertemu di Riyadh, Bahas Gaza Hingga Al Aqsa