CEO Telegram Pavel Durov, Sahabat Navalny, Musuh Putin, hingga Ditangkap Prancis

Reporter

Selasa, 27 Agustus 2024 18:20 WIB

Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov. REUTERS/Albert Gea

Masalah mulai muncul ketika Durov masuk barisan penentang Putin. Ini bermula dari unjuk rasa di Lapangan Bolotnaya, Moskow pada 4 Desember 2011, hari pemilihan umum parlemen. Demonstran menuduh pemilihan umum yang dimenangi Rusia Bersatu, partai pimpinan Putin, itu penuh kecurangan. Gelombang unjuk rasa terus berlangsung pada 2012 dan 2013.

Alexei Navalny, blogger antikorupsi Rusia terkenal yang nantinya meninggal di penjara pada Februari 2024, memimpin sebuah grup pengunjuk rasa di VKontakte. Tiga hari setelah pemilihan umum, Edward Kot, salah satu moderator grup tersebut, menemukan bahwa grupnya tampaknya diblokir karena tidak menerima pesan baru dan menanyakannya ke VKontakte. Dia mendapat balasan satu jam kemudian dari Pavel Durov sendiri.

Menurut Andrei Soldatov dan Irina Borogan dalam The Red Web: The Struggle between Russia’s Digital Dictators and the New Online Revolutionaries (2015), Durov, yang saat itu berusia 27 tahun, menjelaskan kepada Kot bahwa grup Navalny itu telah mencapai batas yang ditetapkan sebanyak 1.634 pesan dalam sehari. Tapi, Durov menambahkan bahwa tim teknis VKontakte sedang mengubah algoritma untuk mereka agar bisa mendapat pesan baru.

Dua puluh menit kemudian, pemblokiran grup itu usai. Kot sangat terkesan sehingga mengirim ucapan terima kasih kepada Durov. “Ah, semuanya baik-baik saja. Dalam beberapa hari terakhir, FSB telah meminta kami untuk memblokir grup-grup protes, termasuk grupmu. Kami tidak mematuhinya. Saya tidak tahu bagaimana semua ini akan berakhir bagi kami, tapi kami sudah bangkit dan terus berjalan,” kata Durov. Atas izin Durov, Kot mengunggah pernyataan Durov itu di LiveJournal, blog populer di Rusia.

Keesokan harinya, Durov malah menerbitkan pindaian surat permintaan resmi dari FSB, badan intelijen Rusia, agar VKontakte menutup grup Navalny. Dalam dokumen tersebut, seorang jenderal, kepala cabang FSB di St. Petersburg, meminta Durov untuk "menghentikan aktivitas" tujuh grup daring yang berhubungan dengan protes tersebut.

Sehari kemudian, Durov dipanggil ke Kantor Kejaksaan St. Petersburg. Ia menolak untuk datang, mengunggah informasi tentang pemanggilannya ke Kantor kejaksaan, dan sekali lagi menolak untuk menutup grup-grup percakapan tersebut.

Pada 18 Mei 2012, Durov menerbitkan manifestonya tentang pembaruan Rusia agar menjadi pemimpin abad ke-21 di majalah Afisha. Dia antara lain menyatakan bahwa inisiatif legislatif terbaik adalah tak lagi membikin undang-undang. "Bebaskan masyarakat dari beban undang-undang, izin, dan pembatasan yang sudah ketinggalan zaman yang malah meningkatkan korupsi. Dunia berubah terlalu cepat sehingga regulator tidak bisa merespons perubahan tersebut dengan baik," tulisnya.

Tekanan terhadap VKontakte semakin besar. Pada 13 Desember 2013, FSB kembali meminta VKontakte untuk menyerahkan data pribadi pengelola grup Euromaidan, gerakan rakyat Ukraina yang menuntut untuk bergabung dengan Uni Eropa. "Tanggapan kami adalah dan tetap dengan tegas 'Tidak'," tulis Durov di VKontakte. "Yurisdiksi Rusia tidak dapat mencakup pengguna VKontakte kami di Ukraina. Penyerahan data pribadi warga Ukraina kepada otoritas Rusia tidak hanya ilegal, tetapi juga pengkhianatan terhadap jutaan warga Ukraina yang mempercayai kami."

Namun, Durov tampaknya mendapat tekanan besar hingga terpaksa melepas sahamnya di VKontakte gara-gara menolak memberikan data penggunanya. "Saya berkorban banyak. Saya menjual saham saya di perusahaan ini. Sejak Desember 2013, saya tidak punya harta lagi, tetapi saya memiliki hati nurani yang bersih dan cita-cita yang siap saya bela," kata Durov.

Berita terkait

Imbas Pavel Durov Ditangkap, Telegram Ubah Kebijakan Private Chat?

8 hari lalu

Imbas Pavel Durov Ditangkap, Telegram Ubah Kebijakan Private Chat?

Setelah ditangkapnya Pavel Durov, Telegram berusaha memberbaiki private chat untuk mengontimalkam usaha mereka.

Baca Selengkapnya

CEO Telegram Pavel Durov Diciduk di Prancis, Bagaimana Update Kasusnya?

9 hari lalu

CEO Telegram Pavel Durov Diciduk di Prancis, Bagaimana Update Kasusnya?

Pavel Durov, bos Telegram, mengeluarkan pernyataannya soal penanggkapan yang dialaminya saat berada di Prancis.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Dunia Hobi Melukis Selain SBY, Ada Sukarno, Putin, hingga Hitler

10 hari lalu

Pemimpin Dunia Hobi Melukis Selain SBY, Ada Sukarno, Putin, hingga Hitler

Selain SBY, beberapa pemimpin dunia seperti Hitler, George W. Bush, Sukarno, Putin, dan lainnya ternyata juga punya hobi melukis.

Baca Selengkapnya

Tentara Rusia Klaim Kuasai Wilayah Timur Ukraina

10 hari lalu

Tentara Rusia Klaim Kuasai Wilayah Timur Ukraina

Tentara Rusia sudah mengendalikan sepenuhnya Pokrovsk yakni sebuah kota di timur Ukraina.

Baca Selengkapnya

Komentar Pertama CEO Telegram Pavel Durov setelah Penangkapannya

13 hari lalu

Komentar Pertama CEO Telegram Pavel Durov setelah Penangkapannya

Pavel Durov mengatakan bahwa pihak berwenang Prancis menempatkan inovasi dalam risiko dalam komentar publik pertamanya sejak penahanannya.

Baca Selengkapnya

X Memperkenalkan Fitur Edit Pesan

14 hari lalu

X Memperkenalkan Fitur Edit Pesan

Media sosial X milik Elon Musk meluncurkan fitur edit pesan untuk pengguna iOS

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Mongolia Tak Patuhi Putusan ICC dan Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

15 hari lalu

Top 3 Dunia; Mongolia Tak Patuhi Putusan ICC dan Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

Top 3 dunia, Mongolia mendadak menjadi perhatian dunia karena berani menolak menjalankan putusan ICC yang menerbitkan surat penahanan pada Putin

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Kecewa Mongolia Tak Patuhi ICC dengan Menahan Vladimir Putin

15 hari lalu

Uni Eropa Kecewa Mongolia Tak Patuhi ICC dengan Menahan Vladimir Putin

Vladimir Putin bisa melenggang bebas kunjungan kerja ke Mongolia, tanpa ditahan oleh Ulaanbaatar.

Baca Selengkapnya

Ukraina Mengancam Mongolia karena Tak Patuhi Putusan ICC untuk Menahan Vladimir Putin

16 hari lalu

Ukraina Mengancam Mongolia karena Tak Patuhi Putusan ICC untuk Menahan Vladimir Putin

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengancam Mongolia akan menerima konsekuensi karena tidak menahan Vladimir Putin yang kunjungan kerja ke sana

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Kirim Pesan Telegram ke 11 Negara Menjelang Kunjungan ke Indonesia

16 hari lalu

Paus Fransiskus Kirim Pesan Telegram ke 11 Negara Menjelang Kunjungan ke Indonesia

Paus Fransiskus akan melakukan kunjungan ke Indonesia selama empat hari.

Baca Selengkapnya