Lima Fakta Israel dan Hizbullah Saling Serang: Ada Aroma Balas Dendam
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 27 Agustus 2024 12:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hizbullah melancarkan serangan ke Israel. Pada Ahad lalu, Hizbullah meluncurkan ratusan roket Katyusha ke Israel yang menyebabkan kerusakan meski kecil di wilayah tersebut. Serangan Hizbullah ke Israel berlangsung sejak meletusnya perang di Gaza pada Oktober lalu.
Sebelum serangan Hizbullah, militer Israel menghujani Lebanon dengan sekitar 100 jet untuk menggagalkan serangan. Ekspektasi eskalasi antara kedua belah pihak telah meningkat sejak serangan rudal di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel bulan lalu menewaskan 12 anak kecil dan militer Israel membalas dengan membunuh Fuad Shukr, komandan senior Hizbullah, di Beirut.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan operasi itu diperintahkan setelah Israel melewati semua “garis merah” dalam menyerang pinggiran selatan Beirut. Israel telah menewaskan komandan Hizbullah Fuad Shukr pada akhir Juli.
Berikut lima fakta Israel dan Hizbullah saling menyerang.
1. Israel mengklaim telah merusak persenjataan Hizbullah, benarkah?
Hizbullah diperkirakan memiliki 120.000 hingga 200.000 roket di gudang senjatanya dan telah menembakkan sekitar 8.000 ke posisi militer Israel sejak Oktober. Israel mengatakan serangannya menghancurkan ribuan roket Hizbullah sementara Hizbullah mengatakan pihaknya mengirim sekitar 340 roket Katyusha yang ditujukan ke 11 pangkalan militer.
Nasrallah mengatakan Israel mengklaim memiliki "militer terkuat di kawasan" tetapi "berbohong". Ia menyebutnya "tanda kelemahan". “Klaim Israel, mungkin berlebihan demi keuntungan politik karena belum ada laporan korban jiwa yang signifikan dari pihak pasukan Hizbullah,” kata Imad Salamey, seorang profesor ilmu politik di Universitas Lebanon Amerika di Beirut.
“Namun penghancuran sejumlah besar roket tersebut, jika benar, dapat melemahkan persenjataan Hizbullah dan membatasi kemampuannya untuk mempertahankan operasi militer dalam jangka panjang.”
<!--more-->
2. Skala perang Israel dan Hizbullah
Perang Hizbullah dan Israel tidak habis-habisan, tidak terjadi di seluruh Lebanon dan Israel. Lebanon selatan telah sangat menderita akibat serangan Israel sejak 8 Oktober dengan lebih dari 97.000 orang mengungsi dan sedikitnya 566 orang tewas – 133 di antaranya warga sipil.
Pada hari Minggu, Israel menyerang sekitar 30 kota dan desa di Lebanon selatan dalam serangan terbesarnya sejak Oktober. Dalam serangannya, Hizbullah mengatakan pihaknya menargetkan pangkalan militer dan menghindari target sipil.
Israel dan sekutunya telah menunggu serangan balasan sejak pembunuhan Fuad Shukr pada 30 Juli. Kelompok tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pembalasan tahap pertama telah selesai dilaksanakan. “Putaran pertama tampaknya sudah berakhir,” kata Karim Emile Bitar, profesor hubungan internasional di Universitas St Joseph di Beirut.
“Ini bukan berarti tidak akan ada serangan lebih lanjut dalam beberapa minggu mendatang, tetapi dalam semua kasus, ini membuat sebagian besar orang yang tinggal di bagian dunia yang gila ini merasa gelisah.”
3. Serangan Hizbullah merupakan balas dendam
Hizbullah mengatakan operasinya merupakan respons terhadap pembunuhan komandannya Fuad Shukr. Meskipun nama pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh tidak disebutkan, Nasrallah mengatakan ada koordinasi antara Hizbullah dengan Hamas dan Perlawanan Islam di Irak.
“Kami memutuskan untuk menanggapi secara individual karena alasan yang akan menjadi jelas seiring berjalannya waktu,” katanya.
Nasrallah menambahkan bahwa respons terhadap pembunuhan itu tertunda karena adanya negosiasi antara Hizbullah dan sekutunya. Apakah mereka akan menyerang sendiri atau bersama-sama.
Di antara target utama serangan Hizbullah adalah pangkalan Glilot dekat Tel Aviv dan tempat Unit 8200 beroperasi. Unit 8200 adalah unit pengumpulan informasi utama Direktorat Intelijen Militer Israel dan, menurut Nasrallah, melakukan operasi pembunuhan Israel.
Para pejabat Israel mengatakan bahwa Glilot tidak terkena tembakan.
“Serangan rudal Hizbullah baru-baru ini dilaporkan sebagai respons terhadap pembunuhan Fuad Shukr, seorang komandan senior Hizbullah, dan tidak terkait langsung dengan kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh,” kata Imad Salamey.
“Organisasi tersebut memberi sinyal bahwa pembalasan mereka merupakan bagian dari strategi pembalasan yang lebih luas, bukan suatu peristiwa tunggal.”
<!--more-->
4. Hubungan dengan pembicaraan gencatan senjata Gaza
Perundingan gencatan senjata memainkan peran penting. Menurut Salamey, waktu pelaksanaan bertepatan dengan negosiasi di Kairo yang bertujuan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza serta peringatan keagamaan Syiah yang penting.
“Tindakan Hizbullah kemungkinan dirancang untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel selama perundingan ini, memanfaatkan waktu untuk mendongkrak popularitas dan posisi strategisnya di kawasan tersebut,” tambahnya.
5. Perkembangan konflik Israel dan Hizbullah
Reuters melaporkan Israel dan Hizbullah berkomunikasi satu sama lain bahwa keduanya tidak menginginkan eskalasi lebih lanjut. Menurut para analis, serangan oleh kedua belah pihak tidak menyebabkan kerusakan signifikan.
“Kemampuan Hizbullah untuk melancarkan serangan canggih meskipun ada tindakan pencegahan Israel menunjukkan ketahanan dan kapasitas operasionalnya,” kata Salamey.
“Hal ini menunjukkan bahwa Hizbullah sudah siap dan masih dapat mengoordinasikan tindakan militer yang signifikan, sehingga mempertahankan posisi strategisnya dalam konflik tersebut.”
Saat kedua pihak terus memposisikan diri, penduduk sipil menunggu dan menonton. Lebanon berada dalam situasi yang sangat sulit, dan mayoritas warga dari semua sekte, termasuk banyak pendukung Hizbullah, tidak akan mendukung perang yang lebih luas.
AL JAZEERA | REUTERS
Pilihan editor: Tuduhan Mengerikan kepada CEO Telegram Pavel Durov: Pornografi Anak hingga Transaksi Narkoba