CEO Telegram, Pavel Durov, Ditangkap di Prancis, Apa Alasannya?
Editor
Ida Rosdalina
Minggu, 25 Agustus 2024 09:01 WIB
Populer di Rusia dan Ukraina
Setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 2022, Telegram telah menjadi sumber utama konten tanpa filter - dan terkadang grafis dan menyesatkan - dari kedua belah pihak tentang perang dan politik di sekitar konflik.
Aplikasi ini telah menjadi sarana komunikasi yang disukai Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para pejabatnya. Kremlin dan pemerintah Rusia juga menggunakannya untuk menyebarkan berita mereka. Aplikasi ini juga menjadi salah satu dari sedikit tempat di mana orang Rusia dapat mengakses berita tentang perang.
Durov, yang kekayaannya diperkirakan oleh Forbes mencapai $ 15,5 miliar, mengatakan bahwa beberapa pemerintah telah berusaha menekannya tetapi aplikasi tersebut, yang sekarang memiliki 900 juta pengguna aktif, harus tetap menjadi "platform netral" dan bukan "pemain geopolitik".
Kedutaan Besar Rusia di Prancis mengatakan kepada kantor berita pemerintah Rusia, TASS, bahwa mereka tidak dihubungi oleh tim Durov setelah laporan penangkapan tersebut, tetapi mereka mengambil langkah "segera" untuk mengklarifikasi situasi.
Perwakilan Rusia untuk organisasi-organisasi internasional di Wina, Mikhail Ulyanov, dan beberapa politisi Rusia lainnya dengan cepat menuduh Prancis bertindak sebagai diktator.
"Beberapa orang yang naif masih belum memahami bahwa jika mereka memainkan peran yang kurang lebih terlihat di ruang informasi internasional, maka tidak aman bagi mereka untuk mengunjungi negara-negara yang bergerak ke arah masyarakat yang jauh lebih totaliter," tulis Ulyanov di X.
Beberapa blogger Rusia menyerukan protes di kedutaan besar Prancis di seluruh dunia pada siang hari pada Minggu.
REUTERS | JERUSALEM POST
Pilihan Editor: Presiden Iran: Jika Umat Islam di Dunia Bersatu, Israel Tak Akan Berani Berulah di Gaza