Warga Gaza Mengeluh Makam sudah Penuh, Tak Ada Tempat Lagi untuk Jenazah

Kamis, 22 Agustus 2024 18:01 WIB

Warga Palestina membawa barang-barangnya saat mengungsi setelah melarikan diri dari wilayah barat Khan Younis, menyusul perintah evakuasi oleh tentara Israel, di tengah konflik Israel-Hamas, di Jalur Gaza selatan, 21 Agustus 2024. REUTERS/Mohammed Salem

TEMPO.CO, Jakarta - Warga Palestina di Gaza berjuang menemukan lahan kosong untuk mengubur orang-orang terdekat mereka yang tewas dalam serangan bertubi-tubi Israel. Mereka mengatakan, dengan jumlah korban jiwa kini melampaui 40 ribu orang, tidak ada lagi tempat tersisa untuk memakamkan jenazah.

Saad Hassan Barakat, seorang pekerja pemakaman di Kota Gaza, mengatakan bahwa ia telah menghabiskan sebagian besar hidupnya bekerja di makam tetapi belum pernah menghadapi situasi yang mengerikan seperti ini.

Barakat mengatakan bahwa sebelum perang, ia bisa mengerjakan hanya beberapa pemakaman setiap hari, tetapi sejak pecahnya pertempuran antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober 2023, ia terkadang menguburkan 70, 80, 100 hingga 300 jenazah dalam satu hari.

Ia menggambarkan bagaimana jenazah sekarang dikubur berlapis-lapis di pemakaman. “Kesulitannya adalah tidak ada ruang tersisa untuk menggali kuburan, jadi saya menumpuk kuburan satu di atas yang lain,” katanya kepada Anadolu. “Tempat ini bukan hanya satu atau dua, tetapi tiga lapis kuburan.”

Setelah sebelumnya mengawasi sembilan makam di daerah tersebut, ia mengatakan bahwa sekarang hanya dapat mengakses dua makam karena pengeboman yang sedang berlangsung. Ia menambahkan bahwa jenazah dikubur di kuburan massal tanpa biaya, tetapi mereka yang meminta kuburan individu harus membayar sekitar 300 shekel.

Sa’di Baraka, yang menghabiskan hari-harinya mencangkul tanah di makam Deir al-Balah bersama beberapa sukarelawan, menyampaikan hal serupa. Ia bekerja menggali kubur sejak matahari terbit, terkadang harus membuka kembali kuburan yang sudah terisi.

“Kadang-kadang kami membuat kuburan di atas kuburan,” katanya kepada ABC News.

Mohammed Abdullah, seorang warga Palestina yang mengungsi dari kamp pengungsi Nuseirat di Gaza bagian tengah, mengatakan serangan gencar militer Israel telah mempersulit penguburan jenazah.

“Jumlah martir sangat mengerikan dan terus bertambah,” kata Abdullah. “Dalam pembantaian terkecil, kami kehilangan 10 atau 20 orang. Di wilayah tengah (Gaza), hanya ada tiga kuburan, dan semuanya penuh sesak.”

Ia mencatat bahwa kuburan di Gaza sekarang tidak hanya diisi dengan jenazah, tetapi juga orang-orang yang masih hidup, sebab para pengungsi mencari perlindungan di tempat mana pun yang tersedia.

“Tidak ada tempat untuk membuka kuburan baru karena banyak orang yang mengungsi telah berlindung di kuburan,” katanya, dikutip oleh Anadolu. “Mayat yang hidup menjadi prioritas.”

ANADOLU | ABC NEWS

Pilihan editor: Joe Biden Telepon Benjamin Netanyahu Serukan Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera

Berita terkait

PBB Serukan Jeda Kemanusiaan untuk Beri Dosis Kedua Vaksin Polio ke Anak-anak di Gaza

5 menit lalu

PBB Serukan Jeda Kemanusiaan untuk Beri Dosis Kedua Vaksin Polio ke Anak-anak di Gaza

Sekitar 560 ribu anak Palestina di bawah usia 10 tahun menerima dosis pertama vaksin polio.

Baca Selengkapnya

Jajak Pendapat Palestina: Dukungan terhadap Serangan 7 Oktober Menurun Jauh

2 jam lalu

Jajak Pendapat Palestina: Dukungan terhadap Serangan 7 Oktober Menurun Jauh

Untuk pertama kalinya dalam 11 bulan perang Israel, mayoritas warga Gaza tidak setuju dengan serangan 7 Oktober.

Baca Selengkapnya

Duta Besar Palestina Serahkan Surat Kepercayaan kepada Raja Spanyol

2 jam lalu

Duta Besar Palestina Serahkan Surat Kepercayaan kepada Raja Spanyol

Pada 28 Mei, Spanyol, Norwegia, dan Irlandia secara resmi mengakui negara Palestina yang bersatu yang diperintah oleh Otoritas Palestina.

Baca Selengkapnya

Cina Salahkan Amerika Serikat atas Kegagalan Mencapai Gencatan Senjata di Gaza

7 jam lalu

Cina Salahkan Amerika Serikat atas Kegagalan Mencapai Gencatan Senjata di Gaza

Meski ada seruan internasional yang kuat untuk gencatan senjata dan penghentian pembunuhan, Israel belum menghentikan operasi militernya

Baca Selengkapnya

Pemimpin Bisnis Israel Minta Netanyahu Tidak Pecat Yoav Gallant

8 jam lalu

Pemimpin Bisnis Israel Minta Netanyahu Tidak Pecat Yoav Gallant

Ini untuk kedua kalinya Netanyahu mengancam untuk memecat Yoav Gallant, meski yang pertama batal karena desakan publik Israel.

Baca Selengkapnya

Antony Blinken Kunjungan Kerja ke Mesir Bahas Gencatan Senjata Hamas Israel

19 jam lalu

Antony Blinken Kunjungan Kerja ke Mesir Bahas Gencatan Senjata Hamas Israel

Antony Blinken merencanakan kunjungan kerja ke Mesir pada Selasa, 17 September 2024, untuk mendiskusikan upaya gencatan senjata dan pembebasan sandera

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Profil Pelaku Percobaan Pembunuhan terhadap Donald Trump

23 jam lalu

Top 3 Dunia: Profil Pelaku Percobaan Pembunuhan terhadap Donald Trump

Berita Top 3 Dunia pada Senin 16 September 2024 diawali oleh profil Ryan Wesley Routh, tersangka percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump

Baca Selengkapnya

Yahya Sinwar Beri Selamat kepada Houthi setelah Serangan ke Israel

1 hari lalu

Yahya Sinwar Beri Selamat kepada Houthi setelah Serangan ke Israel

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar memberi selamat kepada kelompok Houthi Yaman atas serangan rudal ke Israel.

Baca Selengkapnya

Militer Israel Akhirnya Mengaku Serangannya Kemungkinan Menewaskan Tiga Sandera

1 hari lalu

Militer Israel Akhirnya Mengaku Serangannya Kemungkinan Menewaskan Tiga Sandera

Setelah berbulan-bulan membantah, militer Israel mengatakan kemungkinan besar tiga tawanan tewas akibat serangan mereka.

Baca Selengkapnya

Di Tengah Perang Gaza, Israel Rayakan 4 Tahun Normalisasi Hubungan dengan 4 Negara Arab

1 hari lalu

Di Tengah Perang Gaza, Israel Rayakan 4 Tahun Normalisasi Hubungan dengan 4 Negara Arab

Israel merayakan empat tahun normalisasi hubungan dengan empat negara Arab di tengah Perang Gaza yang telah menelan korban lebih dari 41.000 jiwa.

Baca Selengkapnya