Militer Bangladesh Ambil Alih Pemerintahan Usai Sheikh Hasina Mundur
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 6 Agustus 2024 08:00 WIB
Patung Mujibur Rahman terlihat di jalan-jalan Dhaka. Visual tersebut menandai perubahan besar dalam lanskap politik negara tersebut. Warisan Mujibur Rahman, yang dikenal dengan sebutan Bangabandhu, tidak lagi menjadi simbol perang pembebasan Bangladesh. Sebaliknya warisan tersebut mewakili politik Hasina yang menurut para pengunjuk rasa lebih berfokus pada perbedaan pendapat.
Bangladesh telah dilanda kekerasan sejak bulan lalu. Mahasiswa memprotes kuota pegawai negeri untuk keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971. Kuota ini dianggap menguntungkan sekutu partai yang berkuasa.
Protes tersebut meningkat menjadi kekerasan yang menuntut Hasina mundur. Sekitar 250 orang tewas dan ribuan orang terluka dalam demonstrasi yang berakhir rusuh.
Hasina baru memenangkan masa jabatan keempat berturut-turut pada bulan Januari tahun ini dalam pemilihan yang diboikot oleh partai oposisi utama, Partai Nasionalis Bangladesh. Partai itu dipimpin musuh bebuyutannya, Begum Khaleda Zia.
Hasina telah berkuasa sejak memenangkan perebutan kekuasaan selama puluhan tahun dengan Zia pada 2009. Kedua wanita tersebut mewarisi gerakan politik ayah dan suami yang terbunuh. Hasina adalah anak dari Mujid, ayahnya yang terbunuh. Sementara Zia mewarisi dari suaminya Ziaur Rahman, yang mengambil alih kekuasaan setelah kematian Mujib dan dibunuh pada tahun 1981.
"Pengunduran diri Hasina membuktikan kekuatan rakyat," kata Tarique Rahman, putra tertua dari Zia yang diasingkan. Iasekarang menjabat sebagai penjabat ketua partai oposisi. "Bersama-sama, mari kita bangun kembali Bangladesh menjadi negara yang demokratis dan maju, di mana hak dan kebebasan semua orang dilindungi," tulisnya di X.
NDTV | REUTERS
Pilihan editor: Iran Bantah Laporan Soal Agen Penyusup Mossad Bunuh Ismail Haniyeh