Pemilihan Presiden Iran Dijadwalkan Bulan Depan: Menengok Sistem Politik Iran

Kamis, 23 Mei 2024 18:58 WIB

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bertemu dengan keluarga salah satu anggota Korps Garda Revolusi Islam yang tewas dalam serangan udara Israel di kompleks kedutaan Iran di ibu kota Suriah, Damaskus, saat upacara pemakaman di Teheran, Iran, 4 April 2024. Kantor Pemimpin Tertinggi Iran/WANA (Kantor Berita Asia Barat)/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Sistem politik Iran merupakan kombinasi unik antara teokrasi dan demokrasi dengan beberapa karakteristik utama, termasuk tentang posisi dan wewenang Presiden Iran

Dilansir dari laman Kemlu, Iran adalah Republik Islam, di mana Islam menjadi dasar konstitusi dan hukum negara.

Pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, memiliki otoritas tertinggi, mengendalikan urusan politik, militer, dan agama. Pemerintahan Iran bersifat semi-presidensial, dengan presiden yang dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan empat tahun.

Presiden memimpin kabinet dan bertanggung jawab atas urusan eksekutif, sementara Majelis (Parlemen) memainkan peran penting dalam menyusun undang-undang dan mengawasi kinerja pemerintah.

Dewan Wali, yang terdiri dari 12 ulama yang ditunjuk oleh Ayatollah Khamenei, memiliki wewenang untuk memastikan kesesuaian undang-undang dengan Islam dan menyetujui kandidat untuk pemilu presiden dan Majelis.

Advertising
Advertising

Majelis Para Ahli, yang terdiri dari 86 ulama yang dipilih rakyat untuk masa jabatan delapan tahun, bertanggung jawab memilih Pemimpin Tertinggi setelah wafatnya atau diberhentikan.

Di Iran terdapat berbagai faksi politik, dari konservatif hingga reformis, yang bersaing dalam pemilu untuk mendapatkan pengaruh dalam pemerintahan.

Struktur hierarki pemerintahan terdiri dari Pemimpin Tertinggi sebagai otoritas tertinggi, Dewan Wali yang mengawasi kesesuaian undang-undang dan menyetujui kandidat pemilu, Presiden yang memimpin eksekutif, Majelis yang menyusun undang-undang dan mengawasi pemerintah, dan Majelis Para Ahli yang memilih Pemimpin Tertinggi. Berbagai lembaga pemerintah melaksanakan kebijakan dan program pemerintah di berbagai bidang.

Bagaimana sistem seperti ini bisa terbentuk?

Sejarah Iran terbentang panjang, dimulai dari migrasi Bangsa Arya 2.500 SM. Peradaban di dataran tinggi Iran berkembang dengan munculnya kerajaan Parsa dan Medes, yang kemudian ditaklukkan Cyrus the Great. Dinasti-dinasti besar seperti Achaemenid, Parthian, dan Sassanid mewarnai sejarah Iran, sebelum akhirnya ditaklukkan oleh penjajah Arab dan Islam.

Abad pertengahan di Iran diwarnai dengan berbagai dinasti keturunan Arab, Turki, dan Mongol, seperti Abbasiyah, Saffariyah, Samaniyah, dan Safavid. Era modern dimulai dengan kudeta militer Reza Shah Pahlevi pada 1921, yang kemudian digulingkan dalam Revolusi Islam 1979 di bawah kepemimpinan Ayatollah Khomeini. Sejak saat itu, Iran mengalami berbagai peristiwa penting, seperti pendudukan Kedubes AS, Invasi Irak, dan sanksi ekonomi.

Ideologi Negara Iran

Eksistensi Iran hari ini tak lepas dari landasan ideologis yang mendasari mereka. Ideologi negara Iran didasari pada Agama Islam Madzhab Shiah Imam 12 (Ja’fari). Untuk melaksanakan prinsip ini maka diciptakan sistem Velayat-e Faqih (Supremasi kaum ulama) di mana seorang pemimpin agama memiliki hak untuk memberikan fatwa keagamaan dan sekaligus memegang kekuasaan tertinggi dalam masalah ketatanegaraan.

Marja-e Taqlid (ulama senior) memiliki wewenang untuk memberikan fatwa hukum kepada masa penganut ajarannya yang tersebar di berbagai wilayah. Jumlah Marja-e Taqlid di Iran sebanyak 8 orang. Namun, Imam Khomeini yang merupakan Pemimpin Revolusi Islam Iran 1979 kemudian dikukuhkan dalam Konstitusi sebagai Ayatollah Uzma yang berkedudukan sebagai Rahbar yang berkuasa di bidang politik sekaligus bidang keagamaan (sebagai Marja-e Taqlid).

Agama resmi Negara adalah Islam beraliran Ja’fari (Shiah Imam ke 12). Aliran Islam lainnya yang bermadzhab Syafi’I, Hambali, Hanafi dan Maliki serta Shiah Zaidiyah diakui dan pelaksanaan syariat-syariatnya dilindungi oleh UU.

Pemilu Iran di Juni

Iran akan mengadakan pemilihan presiden baru pada 28 Juni 2024, menyusul meninggalnya Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter di Azerbaijan Timur akhir pekan lalu.

Tanggal pemilihan Presiden Iran ini ditentukan dalam pertemuan yang berlangsung pada Senin, menurut laporan kantor berita Tasnim pada Selasa, 21 Mei 2024. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Mokhber, yang kini menjabat sebagai penjabat presiden, bersama dengan Ketua Kehakiman Gholamhossein Mohseni-Ejei dan Ketua Parlemen Mohammad Baqer Qalibaf.

MICHELLE GABRIELA | NABILA AZZAHRA | KEMLU
Pilihan editor: Pemilihan Presiden Iran Digelar 28 Juni Mendatang, Siapa Saja Kandidatnya?

Berita terkait

Bahrain dan Iran Setuju untuk Memulai Pemulihan Hubungan Diplomatik

1 jam lalu

Bahrain dan Iran Setuju untuk Memulai Pemulihan Hubungan Diplomatik

Bahrain telah memutuskan hubungan dengan Iran pada 2016, tetapi hubungan membaik setelah pemulihan hubungan Arab Saudi-Iran tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Iran Akan Luncurkan 2 Satelit pada Juli Nanti, Mengapa Amerika Serikat Khawatir?

1 hari lalu

Iran Akan Luncurkan 2 Satelit pada Juli Nanti, Mengapa Amerika Serikat Khawatir?

Iran akan meluncurkan 2 satelit pada Juli. Negara Barat seperti Amerika Serikat selalu khawatir ia akan digunakan untuk meluncurkan senjata nuklir.

Baca Selengkapnya

Mahkamah Agung Iran Batalkan Hukuman Mati Rapper Terkenal

1 hari lalu

Mahkamah Agung Iran Batalkan Hukuman Mati Rapper Terkenal

Mahkamah Agung Iran telah membatalkan hukuman mati terhadap rapper populer Toomaj Salehi.

Baca Selengkapnya

Iran Panggil Duta Besar Italia, Protes Daftar Hitam Kanada

3 hari lalu

Iran Panggil Duta Besar Italia, Protes Daftar Hitam Kanada

Iran memanggil duta besar Italia, yang mewakili kepentingan Kanada di Teheran, setelah Ottawa memasukkan Garda Revolusi sebagai entitas teroris

Baca Selengkapnya

Blinken: Iran, Lebanon, dan Hizbullah Tak Ingin Perluas Konflik Gaza

5 hari lalu

Blinken: Iran, Lebanon, dan Hizbullah Tak Ingin Perluas Konflik Gaza

Menlu AS Antony Blinken mengatakan bahwa Iran, Lebanon, dan Hizbullah tidak ingin melihat konflik di Gaza meluas

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus akan Kunjungi Masjid Istiqlal, Raja Salman hingga Barack Obama Pernah Ke Sini

5 hari lalu

Paus Fransiskus akan Kunjungi Masjid Istiqlal, Raja Salman hingga Barack Obama Pernah Ke Sini

Masjid Istiqlal jadi salah satu tempat kunjungan Paus Fransiskus. Raja Salman, Ebrahim Raisi, hingga Barack Obama pernah mendatanginya.

Baca Selengkapnya

Swedia dan Iran Bertukar Tahanan, Bebaskan Pejabat yang Terlibat Eksekusi Massal

8 hari lalu

Swedia dan Iran Bertukar Tahanan, Bebaskan Pejabat yang Terlibat Eksekusi Massal

Swedia membebaskan mantan pejabat Iran Hamid Noury, yang dihukum karena terlibat dalam eksekusi massal tahanan politik pada 1980an

Baca Selengkapnya

Korea Utara hingga Suriah, Inilah 6 Negara yang Sulit Dikunjungi

12 hari lalu

Korea Utara hingga Suriah, Inilah 6 Negara yang Sulit Dikunjungi

Beberapa negara ini memiliki kebijakan visa yang sulit. Akibatnya negara tersebut sulit untuk dikunjungi wisatan atau pelancong.

Baca Selengkapnya

Pemilu Iran Tak Akan Gunakan Sistem Pemungutan Suara Elektronik

12 hari lalu

Pemilu Iran Tak Akan Gunakan Sistem Pemungutan Suara Elektronik

Iran mengesampingkan kemungkinan menggunakan sistem pemungutan suara elektronik atau e-voting dalam pemilu mendatang.

Baca Selengkapnya

Ini Enam Kandidat Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad Gagal Lolos

14 hari lalu

Ini Enam Kandidat Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad Gagal Lolos

Presiden Iran bukan pemegang otoritas tertinggi untuk semua urusan negara, melainkan Pemimpin Tertinggi, Ali Khamenei.

Baca Selengkapnya