Kementerian Luar Negeri Bungkam soal Siapa Jenderal yang Dikirim ke Myanmar

Jumat, 3 Februari 2023 11:35 WIB

Kantor Kementerian Luar Negeri RI di Jln. Pejambon, Jakarta. Sumber: Suci Sekar/Tempo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI bungkam mengenai siapa dan bagaimana proses pengiriman jenderal ke Myanmar, seperti yang sebelumnya disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo. Pengumuman akan disampaikan oleh Istana nanti, namun Jakarta sudah mengirim sinyal.

"Yang bersangkutan (jenderal) juga akan menjadi bagian dari office of the special envoy yang dipimpin Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada Tempo, Jumat, 3 Februari 2023.

Dicap Organisasi Kriminal Transnasional, Bos Grup Wagner Bertanya ke AS: Apa Salah Kami?

Advertising
Advertising

Seperti dua tahun sebelumnya, menteri luar negeri dari negara yang memegang keketuaan ASEAN menjadi special envoy atau utusan khusus untuk menangani masalah Myanmar. Utusan khusus ini menjadi salah satu butir konsensus yang disepakati oleh para pemimpin ASEAN pada April 2021 dalam menangani krisis di Myanmar paska-kudeta militer.

Konsensus dibuat dengan lima poin yakni dialog konstruktif, penghentian kekerasan, mediasi antara berbagai pihak, pemberian bantuan kemanusiaan, dan pengiriman utusan khusus ke Myanmar.

Jokowi saat wawancara dengan Reuters pada Rabu, 1 Februari 2023, mengatakan, Indonesia berencana mengirim seorang jenderal tinggi ke Myanmar untuk berbicara dengan para pemimpin junta. Tujuannya supaya dapat menunjukkan kepada penguasa militer Myanmar bagaimana Indonesia berhasil melakukan transisi menuju demokrasi.

"Ini soal pendekatan. Kami punya pengalaman, di sini di Indonesia situasinya sama. Pengalaman ini bisa ditelaah, bagaimana Indonesia memulai demokrasinya," kata Jokowi di kantornya di Jakarta.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) untuk urusan HAM dan Luar Negeri Siti Ruhaini Dzuhayatin belum mau mengungkapkan siapa yang akan dikirim ke Myanmar.

"Penunjukkan jenderal dimaksud merupakan bagian dari mandat keketuaan Indonesia dalam implementasi konsensus tersebut," katanya kepada Tempo melalui pesan singkat, Kamis, 2 Februari 2023.

Siti menyebut KSP tidak terlibat secara teknis dalam rencana pengiriman jenderal ini. Namun demikian, Siti mengatakan agenda ini sangat penting bagi Indonesia yang memiliki reputasi dalam penyelesaian masalah di kawasan. Sekaligus juga menjaga legitimasi dan kredibilitas keberadaan ASEAN dalam menangani isu-isu internal blok itu.

Kelompok sipil di Myanmar dan para analis menilai pendekatan itu gagal sebab Tatmadaw masih melanggengkan kekerasan. Retno, dalam beberapa kesempatan menyebut akan tetap mendorong implementasi konsensus. Menurut Retno, ASEAN yang kecewa karena tidak ada itikad dari junta, tidak akan disandera isu tersebut dan akan terus fokus pada pertumbuhan kawasan.

Mengenai utusan khusus ASEAN untuk Myanmar ini, Peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dewi Fortuna Anwar, mengatakan ASEAN perlu punya mekanisme yang jelas mengenai utusan khusus untuk Myanmar. Sebab Myanmar telah menjadi salah satu tantangan bagi presidensi Indonesia di ASEAN tahun ini.

"Selama ASEAN tidak menunjuk utusan khusus yang akan memiliki masa jabatan panjang yang diperlukan, untuk mendapatkan kepercayaan dari semua pemangku kepentingan, utusan tersebut tidak akan menjadi non-starter," kata Dewi saat berbicara dalam forum Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta pada Selasa, 31 Januari 2023.

Dewi menyebut akan banyak harapan baik secara domestik atau internasional soal langkah yang akan diambil Indonesia dalam menangani krisis di Myanmar ini.

Dalam menangani situasi Myanmar, piagam ASEAN mungkin perlu ditinjau ulang. Sebab, menurut Dewi, itu tidak memiliki bahasa yang cukup dalam menyelesaikan kasus anggota yang bermasalah seperti Myanmar.

Myanmar dilanda krisis kemanusiaan akibat kemelut politik sejak junta militer menggulingkan pemerintah sipil terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi pada Februari 2021.

Militer Myanmar baru saja memperpanjang keadaan darurat di negara itu selama enam bulan ke depan. Setelah sebelumnya awal pekan ini, Pemimpin junta Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan pemilihan multi-partai harus diselenggarakan sesuai keinginan rakyat.

Di sisi lain, pengunjuk rasa menandai peringatan kudeta militer dengan aksi diam. Pemimpin sipil yang diasingkan pada Rabu, 1 Februari 2023, berjanji untuk mengakhiri apa yang mereka sebut perebutan kekuasaan ilegal oleh tentara.

Di kota-kota besar di seluruh Myanmar, jalan-jalan dikosongkan saat orang-orang diam di rumah sebagai bantuk protes. Sementara ratusan pendukung demokrasi menghadiri aksi unjuk rasa di Thailand dan Filipina.

REUTERS

Moskow: Dukungan AS Kepada Ukraina untuk Melemahkan Rusia

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

19 jam lalu

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

Retno Marsudi menyebut Turkiye dan Indonesia sepakat perlunya memperkuat kolaborasi kedua negara guna mendukung perjuangan bangsa Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

20 jam lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Kunjungan Kerja ke Turkiye untuk Mempererat Hubungan Kedua Negara

1 hari lalu

Retno Marsudi Kunjungan Kerja ke Turkiye untuk Mempererat Hubungan Kedua Negara

Retno Marsudi kunjungan kerja ke Turkiye pada Rabu, 1 Mei 2024, untuk mempererat hubungan kedua negara.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

3 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

Kementerian Luar Negeri RI membenarkan telah terjadi perkelahian sesama kelompok WNI di Korea Selatan persisnya pada 28 April 2024

Baca Selengkapnya

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

5 hari lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

5 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

6 hari lalu

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

Taiwan kembali diguncang gempa bumi sampai dua kali pada Sabtu, 26 April 2024. Tidak ada WNI yang menjadi korban dalam musibah ini

Baca Selengkapnya

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

6 hari lalu

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

IOM merupakan organisasi internasional pertama yang menerima Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

Baca Selengkapnya