Pejabat Rusia Terluka Parah oleh Bom Parsel di Afrika Tengah
Reporter
Tempo.co
Editor
Sita Planasari
Minggu, 18 Desember 2022 18:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang perwakilan Rusia di Republik Afrika Tengah (CAR) yang terluka parah setelah membuka paket bom kini berada dalam kondisi stabil dan serius, kata kedutaan Rusia di negara itu seperti dilansir Reuters Ahad 18 Desember 2022.
Moskow mengatakan pada Jumat bahwa salah satu perwakilannya di negara Afrika itu, Dmitry Sytyi, terluka oleh sebuah paket yang meledak. Serangan ini diklaim oleh seorang tokoh pro-Kremlin terkemuka didalangi oleh Prancis.
Kantor berita TASS Rusia mengatakan Sytyi, kepala pusat kebudayaan Rumah Rusia, menerima "paket anonim" pada Jumat yang meledak saat dibuka.
Pada Sabtu, kedutaan Rusia di negara itu mengatakan kondisi Sytyi “tetap stabil dan serius.” Dalam sebuah posting Facebook, kedutaan mengatakan dia adalah "korban serangan teroris" dan bahwa "dia terus berjuang untuk hidupnya."
Afrika Tengah telah mengalami perang saudara sejak 2013 dan merupakan jantung dari peran Rusia untuk pengaruh strategis di Afrika.
Pasukan Prancis terakhir yang dikerahkan di CAR pergi pada Kamis setelah hubungan yang dingin disebabkan oleh hubungan yang lebih dekat antara Bangui dan Moskow. Selain itu, hubungan Paris dan Bangui semakin mendingin menyusul pengerahan pasukan Rusia, yang menurut beberapa negara termasuk tentara bayaran Wagner.
Prancis menolak klaim bos grup Wagner, Yevgeny Prigozhin, bahwa Paris terlibat dalam serangan it.
"Saya telah meminta kementerian luar negeri Rusia untuk memulai prosedur untuk menyatakan Prancis sebagai negara sponsor terorisme," kata Prigozhin seperti dikutip dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaannya, Concord.
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mengatakan pada Jumat bahwa informasi tersebut “salah dan merupakan contoh yang baik dari propaganda Rusia.”
Prancis telah mengirim hingga 1.600 tentara untuk membantu menstabilkan CAR setelah kudeta pada 2013 memicu perang saudara di sepanjang garis sektarian.
Pada 2018, Moskow mengirim instruktur ke negara itu, dan pada 2020 menyusul dengan ratusan paramiliter untuk membantu Presiden Faustin Archange Touadera mengalahkan pemberontak yang maju ke ibu kota.
Prancis, PBB, dan lainnya menuding mereka adalah tentara bayaran dari kelompok Wagner yang didukung Kremlin, yang dikaitkan dengan kekejaman dan penjarahan sumber daya.
Baca juga: Rusia Tuding Prancis di Balik Kiriman Bom Parsel untuk Diplomatnya di Afrika Tengah
REUTERS