Kanselir Olaf Scholz Sebut Jerman Harus Berbisnis dengan Rusia Lagi
Reporter
magang_merdeka
Editor
Suci Sekarwati
Selasa, 13 Desember 2022 14:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kanselir Jerman Olaf Scholz, pada Senin, 12 Desember 2022, memastikan segera setelah perang Ukraina berakhir, maka Rusia harus diberi kesempatan untuk berbisnis lagi dengan Jerman.
Menurut Scholz Moskow tidak akan menang (dalam perang Ukraina). Pemerintah Rusia harus mengakhiri permusuhan dan harus diberi kesempatan untuk memulai kembali kerja sama bidang ekonomi, di lain waktu jika memungkinkan.
Baca juga:Putin Tegur Kanselir Jerman soal Bantuan Senjata ke Ukraina
“Sekarang bukan waktunya. Saat ini, hubungan yang kami miliki sedang diperkecil," kata Scholz, yang berbicara dalam pertemuan Komite Timur untuk Bisnis Jerman (OA), yakni sebuah asosiasi perdagangan yang berfokus pada hubungan dengan Eropa Timur.
Saat ini, Uni Eropa sedang memperketat sanksi, tetapi Rusia akan tetap menjadi negara terbesar di benua Eropa setelah konflik diselesaikan. Oleh karena itu, Scholz menilai penting bagi Jerman untuk melakukan persiapan jika saatnya bekerja sama kembali tiba.
Scholz menggambarkan konflik saat ini sebagai upaya Presiden Rusia Vladimir Putin menciptakan kembali Kekaisaran Rusia yang malah menghancurkan masa depan negara itu. Scholz juga menuduh Moskow melakukan kekejaman terhadap warga sipil Ukraina.
"Rusia tidak boleh menang dan Rusia juga tidak akan menang,” kata Scholz dalam pertemuan tersebut.
Tekad Berlin untuk membuang impor energi Rusia – didorong terutama oleh mitra koalisi Hijau Scholz – yang menciptakan masalah bagi Jerman bahkan sebelum pengiriman gas terganggu oleh sabotase pada pipa Nord Stream pada September 2022. Jerman sekarang mencoba mengisi kekurangan pasokan energi dari tempat lain, namun belum berhasil.
Pada awal bulan ini, Duta Besar Jerman untuk Amerika Serikat mengakui ada masalah ekonomi, tetapi meyakinkan kalau ini adalah harga kecil yang harus dibayar demi transformasi mendalam negaranya menjadi kekuatan kontinental yang diremiliterisasi.
Jerman lebih memusuhi Rusia dan lebih dekat ke Amerika Serikat. Kanselir Scholz sebelumnya sudah berjanji membantu Ukraina. Kiev pun terus mendesak Berlin agar lebih banyak melakukan pengiriman tank dan artileri.
Pada pekan lalu, mantan Kanselir Angela Merkel, mengakui perjanjian Minsk 2014 tidak ditujukan untuk menyelesaikan konflik di Donbass, tetapi memberi Ukraina waktu untuk mempersenjatai diri melawan Rusia. Presiden Putin mengatakan dia kecewa dengan pengakuan Merkel itu dan kepercayaan antara Moskow dan Berlin sekarang hampir nol.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari 2022, menyusul kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang memberikan status khusus untuk wilayah Donetsk dan Lugansk di Ukraina. Kremlin mengakui republik Donbass di Ukraina sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia sama sekali tidak beralasan.
RT | Nugroho Catur Pamungkas
Baca juga: Temui Dubes RI di Turki, Pengusaha Perempuan NTB Jajaki Peluang Pasar Ekspor
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.