Marak Penembakan Massal, Joe Biden Akan Tindak Tegas Senjata Api Ilegal

Kamis, 24 Juni 2021 09:00 WIB

Presiden AS Joe Biden berjalan untuk menyampaikan pidato setelah diskusi meja bundar dengan para penasihat mengenai langkah-langkah untuk mengurangi kekerasan senjata AS, di Gedung Putih di Washington, AS, 23 Juni 2021. [REUTERS/Jonathan Ernst]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joe Biden pada Rabu bersumpah untuk menindak para penjual senjata api ilegal dan akan mengucurkan dana federal untuk meningkatkan kepolisian daerah memerangi kejahatan bersenjata di kota-kota besar, ketika AS banyak mengalami penembakan massal dalam setahun terakhir.

"Penjual 'maut' melanggar hukum demi keuntungan," kata Biden merujuk pada penjual senjata ilehal, seraya menambahkan bahwa pemerintah akan tidak menoleransi bagi pedagang senjata api nakal yang bertanggung jawab karena melanggar hukum federal.

Biden mengatakan pemerintah juga akan membantu negara bagian mempekerjakan lebih banyak petugas polisi menggunakan dana yang telah disetujui untuk membantu pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19, dikutip dari Reuters, 24 Juni 2021.

"Pesan saya kepada Anda adalah ini," kata Biden, berbicara kepada para penjual senjata yang melanggar hukum. "Kami akan menemukan Anda dan kami akan mencabut lisensi Anda untuk menjual senjata. Kami akan memastikan Anda tidak dapat menjual kematian dan kekacauan di jalan-jalan kami."

Pemerintah akan memperkuat upaya Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api dan Bahan Peledak (ATF) untuk menghentikan perdagangan senjata ilegal di seluruh negara bagian, kata Biden dan Jaksa Agung Merrick Garland di Gedung Putih, mengulangi langkah-langkah yang diumumkan Departemen Kehakiman Selasa.

Advertising
Advertising

Senapan serbu AR-15 ditampilkan untuk dijual di pameran senjata api Guntoberfest di Oaks, Pennsylvania, AS, 6 Oktober 2017. [REUTERS/Joshua Roberts]

Pada bulan April, Joe Biden menandatangani perintah eksekutif yang meminta Departemen Kehakiman (DOJ) untuk menindak "senjata hantu" yang dirakit sendiri. Perintah semacam itu memungkinkan Biden untuk bertindak cepat tanpa menunggu Kongres, di mana Demokrat memegang mayoritas tipis dan Partai Republik umumnya menentang undang-undang pengendalian senjata.

Hak kepemilikan senjata, dilindungi oleh Amendemen Kedua Konstitusi AS, adalah salah satu masalah politik paling sulit di Amerika, di mana tingkat kematian senjata api melebihi negara-negara kaya lainnya.

Pada tahun 2020 pembunuhan di kota-kota besar AS naik 30% dari tahun sebelumnya sementara serangan bersenjata naik 8% dengan tingkat tercepat di kota-kota besar termasuk Chicago dan Houston, kata Gedung Putih, mengutip sebuah laporan oleh kelompok riset nonpartisan Council on Criminal Justice.

Secara keseluruhan angka nasional masih jauh di bawah rata-rata nasional pada tahun 1970-an atau 1980-an.

Kejahatan properti, seperti perampokan dan pencurian, turun secara signifikan pada tahun 2020.

Sebelum berbicara, Biden dan Garland bertemu dengan wali kota Baltimore, Maryland dan Rapid City, South Dakota, kepala polisi Baton Rouge, Louisiana, dan pakar lainnya untuk membahas langkah-langkah keamanan masyarakat.

Departemen Keuangan AS merilis informasi tentang bagaimana negara bagian dan daerah dapat memanfaatkan US$350 miliar (Rp5.000 Triliun) dari Undang-Undang Rencana Penyelamatan Amerika untuk menanggapi kejahatan kekerasan, termasuk dengan berinvestasi dalam kepolisian masyarakat.

Pemerintah menghadapi desakan yang meningkat dari para aktivis keamanan senjata yang ingin Biden untuk bertindak lebih cepat memerangi kekerasan senjata setelah dia berkampanye dengan janji untuk bertindak melawan "epidemi" pada hari pertama pemerintahannya.

Tahun ini, 20.989 orang Amerika meninggal karena kekerasan senjata hingga 23 Juni, lebih dari setengahnya karena bunuh diri, menurut Gun Violence Archive, sebuah kelompok penelitian.

Partai Republik mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pemerintahan Demokrat Biden seharusnya menentang Demokrat yang tidak cukup mendukung penegakan hukum.

Penjualan senjata AS melonjak pada tahun 2020 selama pandemi virus corona, di tengah kerusuhan sosial atas pembunuhan polisi terhadap orang kulit hitam dan pemilihan presiden yang terpolarisasi. Pada saat itu, beberapa ahli memperingatkan lonjakan pembunuhan bisa terjadi berikutnya.

Meskipun ada beberapa bukti awal untuk mendukung hubungan antara penjualan senjata api dan penembakan massal di Amerika, namun diperlukan lebih banyak penelitian untuk itu, kata laporan Council on Criminal Justice.

Baca juga: Departemen Kehakiman AS Usul Dua Aturan Baru untuk Cegah Kekerasan Senjata Api

REUTERS

Berita terkait

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

19 jam lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

1 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

Brigadir RA Tewas dalam Alphard di Mampang, Kapolresta Manado: Keluarga Terima sebagai Kasus Bunuh Diri

1 hari lalu

Brigadir RA Tewas dalam Alphard di Mampang, Kapolresta Manado: Keluarga Terima sebagai Kasus Bunuh Diri

Brigadir Ridhal Ali Tomi ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala dalam Mobil Alphard di sebuah rumah Mampang. Polisi sebut sebagai bunuh diri.

Baca Selengkapnya

Brigadir Ridhal Ali Tomi Tewas dengan Luka Tembak, Kepala RS Polri: Keluarga Sudah Menerima Kematiannya

1 hari lalu

Brigadir Ridhal Ali Tomi Tewas dengan Luka Tembak, Kepala RS Polri: Keluarga Sudah Menerima Kematiannya

Keluarga disebut telah melihat kondisi jenazah Brigadir Ridhal Ali Tomi di RS Polri Kramat Jati. Polisi menyebut Ridhal tewas bunuh diri.

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

1 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

3 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Perikhsa Siap Gelar 'Deffensive Shooting' pada Juli

3 hari lalu

Bamsoet: Perikhsa Siap Gelar 'Deffensive Shooting' pada Juli

Sebelum lomba digelar, peserta akan dibekali pengetahuan tentang teknik menembak, teknik bergerak, hingga teknik mengisi ulang peluru (reload magazine).

Baca Selengkapnya

AS Larang TikTok: Perlawanan ByteDance sampai Daftar Negara yang Mencoret Aplikasi Top Itu

3 hari lalu

AS Larang TikTok: Perlawanan ByteDance sampai Daftar Negara yang Mencoret Aplikasi Top Itu

Amerika Serikat resmi melarang TikTok karena alasan keamanan jika ByteDance tidak melakukan divestasi sahamnya. Perusahaan Cina itu melawan.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

3 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Kelompok Yahudi Memprotes Pengiriman Senjata AS ke Israel

3 hari lalu

Kelompok Yahudi Memprotes Pengiriman Senjata AS ke Israel

Ribuan pengunjuk rasa ikut protes yang dimpimpin kelompok-kelompok Yahudi untuk perdamaian di Brooklyn, New York, mendesak AS berhenti kirim senjata ke Israel.

Baca Selengkapnya