Pengunjuk Rasa Myanmar Takut Diculik Tentara Saat Malam Hari

Selasa, 23 Februari 2021 06:00 WIB

Sejumlah pengunjuk rasa turun ke jalan saat memprotes aksi kudeta militer di Yangon, Myanmar, 19 Februari 2021. Militer Mynamar menuduh kemenangan partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Pemilu November 2020 curang. Suu Kyi juga ditangkap dengan dakwaan baru. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Para aktivis dan pengunjuk rasa penentang kudeta di Myanmar bersembunyi saat malam hari karena takut tentara menculik atau menggerebek kediaman mereka saat malam atau dini hari.

Junta militer telah memadamkan internet yang berlangsung selama enam malam terakhir, jam malam digital sekarang berlaku bersamaan dengan jam malam fisik yang diberlakukan di kota-kota besar mulai pukul 8 malam sampai jam 4 pagi.

Dikutip dari CNN, 22 Februari 2021, banyak warga Myanmar mengatakan mereka takut diseret dari tempat tidur mereka pada penggerebekan malam atau dini hari, yang telah sering terjadi sejak pengambilalihan militer, dan ditahan atau dituntut dengan undang-undang untuk membungkam kritik.

Beberapa pengunjuk rasa, yang pada siang hari tanpa rasa takut berbaris di jalan-jalan, bersembunyi di malam hari, berpindah dari rumah ke rumah untuk menghindari penangkapan.

"Ini pertarungan mental dan juga fisik," kata Thinzar Shunlei Yi, 29 tahun, seorang aktivis hak asasi manusia terkemuka yang bersembunyi beberapa hari setelah kudeta.

Advertising
Advertising

Yi mengatakan tidak tahu apa yang akan terjadi setiap malam. Dia menggambarkan ini seperti "perang psikologis".

"Setiap pagi kami harus mengecek: apakah kami akan menghadiri (acara) ini? Karena apa pun bisa terjadi di jalanan kapan saja. Tapi di luar kami merasa bersatu dan kuat," ujarnya.

Tentara berdiri di luar Bank Sentral Myanmar selama protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 15 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]

Organisasi hak asasi manusia Burma, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), pada hari Kamis mengatakan telah memverifikasi 521 penangkapan terkait kudeta Myanmar sejak 1 Februari, dengan 477 dari orang-orang itu tetap dalam penahanan atau menghadapi tuntutan yang belum diselesaikan.

Di antara mereka adalah warga sipil, aktivis, jurnalis, penulis, biksu, pemimpin mahasiswa, serta politisi dan pejabat di pemerintahan yang dipimpin oleh Liga Nasional untuk Partai Demokrasi (NLD) yang digulingkan, menurut AAPP.

Dari kota-kota besar seperti Yangon dan Mandalay, hingga desa-desa terpencil, orang-orang di seluruh Myanmar memprotes rezim militer baru, mempertaruhkan penangkapan atas perlawanan mereka. Meski demonstrasi didominasi oleh kaum muda, seperti Thinzar Shunlei Yi, mereka pun didukung oleh banyak generasi tua yang masih ingat bagaimana keadaan di bawah pemerintahan militer sebelumnya.

Protes nasional terhadap pemerintahan militer Myanmar telah menutup bisnis di Myanmar pada Senin, meskipun ada kekhawatiran kekerasan setelah pihak berwenang memperingatkan bahwa konfrontasi bisa berujung maut.

Banyak pegawai negeri tidak bekerja sebagai bagian dari gerakan pembangkangan sipil dan layanan pemerintah lumpuh. Militer menuduh pengunjuk rasa melakukan intimidasi dan memprovokasi kekerasan.

Baca juga: Indonesia Dorong ASEAN untuk Desak Junta Militer Gelar Pemilu Myanmar yang Adil

Dikutip dari Reuters, Facebook mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menghapus halaman MRTV karena melanggar standarnya, termasuk kebijakan kekerasan dan hasutannya. Pada hari Minggu, Facebook menghapus halaman utama militer karena alasan yang sama.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan di Twitter bahwa Amerika Serikat akan terus mengambil tindakan tegas terhadap pihak berwenang yang menindak pengunjuk rasa secara brutal.

Inggris, Jerman dan Jepang mengutuk kekerasan tersebut dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak militer untuk menghentikan penindasan.

Tentara merebut kekuasaan setelah menuduh ada kecurangan dalam pemilu 8 November di mana partai Aung San Suu Kyi mengalahkan partai pro-militer. Tentara menahan Suu Kyi dan sebagian besar pimpinan partai. Sebelum kudeta militer terjadi komisi pemilihan umum Myanmar membantah ada kecurangan dalam pemilu.

CNN | REUTERS

Berita terkait

Di Manakah Letak Guinea? Negara yang Akan Melawan Indonesia Perebutkan Satu Tiket Olimpiade Paris 2024

10 hari lalu

Di Manakah Letak Guinea? Negara yang Akan Melawan Indonesia Perebutkan Satu Tiket Olimpiade Paris 2024

Guinea merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dikenal karena kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah.

Baca Selengkapnya

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

11 hari lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

16 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

17 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

22 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

24 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

24 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

27 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

27 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

28 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya