Reaksi Donald Trump Mendengar Dirinya Dimakzulkan Lagi

Kamis, 14 Januari 2021 10:15 WIB

Donald Trump. REUTERS/Jim Bourg

TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump tidak menyinggung soal pemakzulan saat dia merilis pernyataan video yang menyerukan pendukungnya untuk tenang menjelang pelantikan Joe Biden pada 20 Januari nanti.

Pada Rabu, Donald Trump menjadi presiden AS pertama yang dimakzulkan dua kali setelah DPR AS, yang dikuasai Demokrat, memilih 232 banding 197 suara untuk memakzulkan Trump dengan dukungan 10 Republikan, CNN melaporkan, 14 Januari 2021.

DPR AS mengeluarkan satu pasal pemakzulan, tuduhan formal terhadap Trump karena "menghasut pemberontakan", yang berfokus pada pidato provokasi yang dia sampaikan kepada ribuan pendukung tak lama sebelum massa pro-Trump mengamuk di Capitol, Reuters melaporkan.

Massa mengganggu sertifikasi formal kemenangan Biden atas Trump dalam pemilu 3 November, mendesak anggota parlemen bersembunyi dan menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas polisi.

Menurut NBC News, keheningan Donald Trump disebabkan beberapa faktor seperti akun Twitter dan media sosial lain miliknya yang diblokir, dan karena tidak memiliki pembelaan dari sekutunya di Gedung Putih.

Advertising
Advertising

Trump telah dilucuti kemampuannya untuk memberikan tanggapan secara langsung dan bergantung pada staf Gedung Putih, yang sebagian besar telah mundur. Sekutu politiknya juga tidak memberikan pembelaan di depan umum.

Seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada NBC News untuk mengharapkan reaksi Gedung Putih terhadap pemungutan suara pemakzulan segera. Reaksi itu bisa dalam bentuk video dari presiden, kata pejabat ini.

Sebuah ilustrasi foto menunjukkan akun Twitter Presiden AS Donald Trump yang diblokir pada ponsel cerdas di ruang rapat Gedung Putih di Washington, AS, 8 Januari 2021. Platform media sosial Twitter memutuskan memblokir permanen akun pribadi Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Sabtu 9 Januari 2021. Keputusan diambil setelah sempat memulihkan akun itu kemarin--pasca demo rusuh di Capitol Hill--namun kemudian menilai terjadi lagi pelanggaran oleh akun itu terkait risiko hasutan untuk melakukan kekerasan. REUTERS/Joshua Roberts/Illustration

Trump mengeluarkan pernyataan melalui Gedung Putih pada sore hari yang menegaskan "TIDAK boleh ada kekerasan, TIDAK boleh ada pelanggaran hukum, dan TIDAK boleh ada vandalisme dalam bentuk apa pun."

Tetapi tanpa Twitter, kampanye kampanye, tim pengacara atau Partai Republik yang bersedia membela tindakannya, Trump mengatasi rasa malu bersejarah dengan cara yang tenang.

Seorang sumber CNN mengatakan Donald Trump sangat marah pada Selasa malam ketika anggota DPR AS Liz Cheney, sekutu lama Trump dan Republikan DPR nomor 3, mendukung pemakzulan Donald Trump dengan mengatakan Cheney telah mengkhianati kepresidenannya.

Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell dikatakan percaya pemakzulan akan membantu menggulingkan Trump dari GOP untuk selamanya. Menurut seseorang yang mengetahui reaksinya, Trump sangat marah pada Selasa malam oleh pengumuman Cheney, yang mengatakan Trump telah mengkhianati jabatan kepresidenan.

Tetapi sikap diam Donald Trump tidak diartikan sebagai penyerahan, kata orang-orang yang dekat dengannya, NBC melaporkan. Sebaliknya, Trump terus berpegang teguh pada klaim bahwa dia memenangkan pemilu dan menolak mundur beberapa hari sebelum masa jabatannya berakhir karena serangan ke Capitol.

Trump tetap menantang dan cemberur, kata seorang mantan pejabat Gedung Putih. Trump memantau proses pemakzulan pada hari Rabu sebagian besar dari Oval Office, menurut seorang pejabat pemerintahan.

Dia telah menolak seruan untuk mengundurkan diri, termasuk dari banyak Partai Republik, menurut orang-orang yang dekat dengan presiden.

"Dia bukan tipe yang pasrah," kata seseorang yang akrab dengan pemikiran Trump. Sebaliknya, sumber itu berkata, "Saya pikir dia lebih baik pergi berperang."

Staf di Gedung Putih biasanya menipis pada hari-hari terakhir pemerintahan karena orang-orang mendapatkan pekerjaan baru, tetapi Sayap Barat Trump telah menjadi kota hantu setelah pengunduran diri menyusul kerusuhan pekan lalu. Beberapa ajudan memilih untuk menghindari gedung, yang telah menjadi titik panas Covid-19 selama berbulan-bulan.

Sementara itu, sekutu luar mengatakan mereka sangat prihatin bahwa hanya ada sedikit orang yang tersisa di Gedung Putih untuk melakukan pekerjaan penting di hari-hari terakhir, ketika staf Gedung Putih biasanya akan fokus untuk menyerahkan operasional kepada pemerintahan yang akan datang.

"Sebisa mungkin, kami fokus pada transisi, menyoroti keberhasilan empat tahun terakhir, dan melanjutkan pekerjaan pemerintah hingga pemerintahan berikutnya mengambil alih," kata seorang pejabat pemerintah.

Trump tetap fokus untuk mengeluarkan gelombang pengampunan (grasi) dalam beberapa hari mendatang, termasuk kepada anggota keluarga, menurut sumber yang mengetahui rencananya. Dia melanjutkan minggu ini untuk membahas pengampunan untuk dirinya sendiri, meskipun dia telah dinasihati untuk tidak melakukannya, menurut orang-orang yang mengetahui percakapan tersebut.

Pembantu Trump terus berdiskusi meminta dia menyampaikan satu atau dua pidato untuk mempromosikan apa yang dia lihat sebagai pencapaian utamanya, dan mengkritik perusahaan media sosial karena melarangnya, menurut sumber. Tim pidato telah mulai mengerjakan bagian draf tetapi belum ada keputusan akhir yang dibuat.

Tidak seperti pemakzulan sebelumnya, Trump memiliki sedikit pembela publik dan Gedung Putih belum berupaya untuk mengatur mereka. Belum ada poin pembicaraan Gedung Putih yang dibagikan kepada para pengganti untuk menanggapi kerusuhan Capitol.

Trump juga belum mengumpulkan tim pembela untuk kemungkinan sidang pemakzulan. Tim tersebut kemungkinan akan menampilkan Rudy Giuliani, Alan Dershowitz dan mungkin lainnya, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut. Dershowitz mengatakan dia belum dihubungi oleh siapa pun di pemerintahan Trump.

Seorang pejabat pemerintahan Trump mengatakan belum ada strategi hukum dan komunikasi yang jelas saat ini karena prosesnya berkembang jauh lebih cepat. Ketika ditanya apakah Gedung Putih khawatir Senat benar-benar dapat menghukum presiden, pejabat tersebut mengatakan mereka memiliki "kekhawatiran kecil," tetapi masih merasa skenario itu tidak mungkin.

Dengan sisa waktu kurang dari seminggu di Gedung Putih, masih belum jelas di mana Trump akan berada di Hari Pelantikan. Trump sebelumnya mengatakan dia tidak akan menghadiri upacara pelantikan Joe Biden dan beberapa penasihat mengatakan mereka mengharapkan dia meninggalkan Gedung Putih sebelum Hari Pelantikan.

NBC | REUTERS | CNN

Sumber:

https://www.nbcnews.com/politics/trump-impeachment-inquiry/trump-grows-defiant-white-house-becomes-ghost-town-n1254087

https://edition.cnn.com/2021/01/13/politics/donald-trump-impeachment/index.html

https://www.reuters.com/article/us-usa-trump/house-impeaches-trump-after-u-s-capitol-siege-his-fate-in-senate-hands-idUSKBN29I2DB

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

18 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

1 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

1 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

3 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Biden Telepon Netanyahu Lagi Soal Rencana Serangan ke Rafah, Ini Katanya

5 hari lalu

Biden Telepon Netanyahu Lagi Soal Rencana Serangan ke Rafah, Ini Katanya

Gedung Putih mengatakan Biden menegaskan kembali "posisinya yang jelas" ketika Israel berencana menyerang Kota Rafah, wilayah paling selatan di Gaza

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

11 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

12 hari lalu

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan negaranya tidak pantas dicap kanibal setelah Presiden AS Joe Biden bercerita tentang pamannya yang tewas di sana pada Mei 1944.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

14 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Temu Biden dan Delegasi AS, Irak Mengaku Khawatir Terseret Perang di Timur Tengah

18 hari lalu

Temu Biden dan Delegasi AS, Irak Mengaku Khawatir Terseret Perang di Timur Tengah

Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani memimpin delegasi untuk bertemu Presiden AS Joe Biden dan pejabat lainnya di tengah ketegangan antara Iran dan Israel.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

18 hari lalu

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

Donald Trump menilai saat ini adanya kurangnya kepemimpinan Joe Biden hingga membuat Tehran semakin berani

Baca Selengkapnya