Prancis Tuntut Pakistan Tarik Komentar yang Samakan Emmanuel Macron dengan Nazi
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Senin, 23 November 2020 07:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian luar negeri Prancis menuntut pemerintah Pakistan menarik komentar yang dibuat oleh salah satu menterinya, yang menyebut Presiden Emmanuel Macon memperlakukan Muslim seperti Nazi memperlakukan orang Yahudi dalam Perang Dunia 2.
Komentar yang diunggah di Twitter oleh Menteri Federal untuk Hak Asasi Manusia Pakistan, Shireen Mazari, pada hari Sabtu, muncul sebagai bagian dari perselisihan antara Pakistan dan Prancis yang dipicu publikasi kartun Nabi Muhammad oleh majalah Prancis. Gambar-gambar tersebut telah memicu kemarahan dan protes di dunia Muslim, khususnya di Pakistan.
"Macron melakukan kepada Muslim seperti yang dilakukan Nazi terhadap orang Yahudi - anak-anak Muslim akan mendapatkan nomor ID (anak-anak lain tidak akan) seperti orang Yahudi dipaksa untuk mengenakan bintang kuning di pakaian mereka untuk identifikasi," kata Mazari dalam kicauan yang menghubungkan ke artikel online, dikutip dari Reuters, 22 November 2020.
Dalam kicauan lanjutan pada hari Minggu, Mazari menggandakan klaimnya menyusul kecaman oleh kementerian luar negeri Prancis pada Sabtu malam.
"Kata-kata kebencian ini adalah kebohongan yang mencolok, yang dijiwai dengan ideologi kebencian dan kekerasan. Fitnah seperti itu tidak layak untuk tingkat tanggung jawab ini. Kami menolak mereka dengan sangat tegas," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Agnes von der Muhll.
Kemenlu Prancis mengatakan telah memberi tahu kedutaan besar Pakistan tentang kecaman kerasnya atas komentar tersebut.
"Pakistan harus memperbaiki pernyataan ini dan kembali ke jalur dialog berdasarkan rasa hormat," ujarnya.
Parlemen Pakistan pada akhir Oktober mengeluarkan resolusi yang mendesak pemerintah untuk memanggil duta besarnya dari Paris, dan menuduh Macron "menyebarkan kebencian" terhadap Muslim.
Macron memberikan penghormatan kepada seorang guru sejarah Prancis yang dipenggal kepalanya oleh seorang pria berusia 18 tahun asal Chechnya karena mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad di sebuah kelas tentang kebebasan berbicara.
Para pejabat Prancis mengatakan pemenggalan itu merupakan serangan terhadap nilai inti kebebasan berekspresi Prancis.
Setelah majalah satir Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun tersebut pada bulan September, Macron mengatakan kebebasan menggambar sejalan dengan kebebasan berkeyakinan di Prancis.
Pada awal Oktober, Macron berpidato di mana dia menggambarkan Islam sebagai agama "dalam krisis" secara global dan mengatakan dia akan bekerja melawan "separatisme Islam" di Prancis, menurut laporan Al Jazeera.
Dua minggu kemudian, seorang guru sejarah Prancis, Samuel Paty, dipenggal di luar sekolahnya. Kemudian, pada 29 Oktober, seorang pria Tunisia berusia 21 tahun membunuh tiga orang di dekat gereja di Nice.
Emmanuel Macron mengatakan bahwa dia menghormati Muslim yang dikejutkan oleh kartun Nabi Muhammad tetapi itu bukan alasan untuk melakukan kekerasan.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada akhir Oktober, Macron mengatakan pemerintah Prancis tidak mendukung kartun Nabi Muhammad, tetapi kebebasan berpendapat adalah nilai yang dianut Republik Prancis. Macron mengatakan para pemimpin politik telah mendistorsi pernyataannya bahwa kartun Nabi Muhammad adalah ciptaan negara Prancis.
"Karikatur itu bukan proyek pemerintah, tapi muncul dari surat kabar bebas dan independen yang tidak berafiliasi dengan pemerintah," ujar Macron.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-france-security-pakistan/france-demands-pakistan-rectifies-macron-nazi-jibe-idUKKBN2820B5
https://www.aljazeera.com/news/2020/10/31/frances-macron-cartoons-came-from-free-and-independent-news