TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis mengatakan Eropa harus memperketat kembali wilayah perbatasan terbuka Schengen, termasuk perlindungan yang lebih kuat dari perbatasan eksternal zona tersebut setelah serentetan serangan teror yang terjadi di Prancis dan Austria.
Kontrol yang lebih ketat diperlukan untuk mengekang imigrasi klandestin, kata Macron, dikutip dari Reuters, 6 November 2020. Menurut Macron geng kriminal yang secara ilegal memperdagangkan migran ke Eropa sering dikaitkan dengan jaringan teror.
"Saya mendukung perombakan mendalam Schengen untuk memikirkan kembali organisasinya dan untuk memperkuat keamanan perbatasan bersama kami dengan pasukan perbatasan yang tepat," kata Macron dalam kunjungan ke perbatasan Prancis-Spanyol.
Macron akan menyampaikan proposal kepada mitra Uni Eropa selama KTT Uni Eropa pada Desember.
Prancis akan menggalang dukungan dan berharap Jerman ikut memasukkan namanya ke dalam rencana itu, kata seorang pejabat pemerintah, mengutip Belanda dan Austria sebagai sekutu lain yang mungkin akan bergabung bersama Prancis.
Proposal yang akan diajukan Macron ke negara-negara UE akan didasarkan pada prinsip-prinsip yang dia tetapkan dalam sebuah surat kepada warga menjelang pemilihan Eropa tahun lalu, kata seorang menteri junior Prancis, dikutip dari France24.
Dalam surat itu, Macron menulis bahwa Eropa membutuhkan pasukan perbatasan bersama dan satu kantor suaka, kewajiban kontrol perbatasan yang ketat dan untuk setiap negara anggota untuk memasok intelijen di bawah otoritas Dewan Eropa untuk Keamanan Dalam Negeri.
Hampir 628.000 warga non-UE ditemukan secara ilegal berada di blok itu pada 2019, naik 10% dari tahun sebelumnya, menurut data Eurostat. Lebih dari 717.000 warga non-UE ditolak masuk, jumlah tertinggi yang pernah dicatat.
Kepala polisi perbatasan Prancis mengatakan kepada Macron bahwa telah terjadi lonjakan dalam upaya penyeberangan perbatasan Prancis-Spanyol sejak dibuka kembali pada bulan Juni menyusul pencabutan lockdown Covid-19. Banyak yang datang dari Aljazair dan Maroko, kata kepolisian perbatasan.
Eropa mengalami dua serangan teror dalam sepekan terakhir yang melibatkan penyerang yang bergerak bebas di antara negara-negara anggota Schengen.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi lokasi penikaman di Gereja Notre Dame, Nice, Prancis, 29 Oktober 2020. Sebagaimana diketahui, dalam dua pekan terakhir, total sudah dua kali Prancis berhadapan dengan kasus terorisme. Sebelum kasus di Nice, kasus serupa terjadi pada 16 Oktober lalu di Paris. REUTERS/Eric Gaillard/Pool
Pada 29 Oktober, seorang pria Tunisia membunuh tiga orang di sebuah gereja di Nice, Prancis. Brahim Aouissaoui tiba di pulau Lampedusa, Italia, yang terletak di Afrika Utara, lima minggu sebelumnya. Setelah sampai di daratan utama Eropa, Aouissaoui melakukan perjalanan ke Prancis dengan kereta api beberapa jam sebelum melancarkan serangannya.
Seorang teroris lain menewaskan empat orang di Wina pada Senin melakukan perjalanan ke negara tetangga Slovakia pada Juli dalam upaya untuk membeli amunisi, kata pejabat Austria.
Macron mengatakan serangan baru-baru ini merupakan peringatan bagi Eropa bahwa risiko teroris ada di mana-mana.
Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio minggu ini juga mendesak Eropa untuk meningkatkan pertahanannya terhadap terorisme dan sekali lagi menekankan perlunya perubahan undang-undang imigrasi Uni Eropa.
"Siapapun dapat memasuki negara anggota dan melintasi Eropa. Risikonya terlalu tinggi, kerentanan Eropa terlalu besar," kata Luigi Di Maio kepada surat kabar Corriere Della Sera pada Rabu.
Prancis tidak ingin membatasi kebebasan bergerak, kata pejabat pemerintah itu. Sebaliknya, proposalnya akan didasarkan pada seruan Macron tahun lalu untuk pasukan perbatasan UE yang lebih kuat serta kewajiban negara-negara anggota untuk memasok intelijen tentang orang-orang yang bergerak melintasi perbatasan Eropa.
Presiden Prancis juga ingin UE memiliki satu kebijakan suaka untuk mengakhiri perselisihan yang telah melumpuhkan pembuatan kebijakan selama krisis migran selama bertahun-tahun.
Macron mengatakan Prancis akan menggandakan jumlah polisi yang menjaga perbatasannya.
"Kita perlu memperkuat perjuangan kita melawan imigrasi ilegal dan pedagang yang, semakin sering, memiliki kaitan dengan terorisme," ujar Macron.
Zona Schengen terdiri dari 22 dari 27 negara anggota Uni Eropa, serta Islandia, Norwegia, Swiss, dan Lichtenstein.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-france-borders-macron/europe-must-strengthen-its-borders-after-attacks-says-macron-idUKKBN27L1YE
https://www.france24.com/en/france/20201105-macron-urges-europe-to-strengthen-border-controls-after-terror-attacks