Situasi Nagorno-Karabakh Belum Mereda, Gencatan Senjata Dipertanyakan

Senin, 12 Oktober 2020 13:32 WIB

Seorang tentara etnis Armenia menembakkan artileri selama pertempuran dengan pasukan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri, 29 September 2020. [Kementerian Pertahanan Armenia / via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Kesepakatan gencatan senjata gagal terwujud di Nagorno-Karabakh. Tak lama setelah gencatan senjata disepakati di Moscow pada Sabtu pekan lalu, Armenia dan Azerbaijan kembali bertempur dan saling tuding perihal siapa yang memprovokasi lebih dulu.

Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran dari negara-negara tetangga dan organisasi internasional. Mereka khawatir gencatan senjata akan sulit terwujud jika situasi di Nagorno-Karabakh tak kunjung terkendali. Apalagi, baik Armenia dan Azerbaijan sama-sama sudah mengerahkan militernya.

"Ada kekhawatiran di Uni Eropa soal peningkatan aktivitas militer (di Nagorno-Karabakh), termasuk warga yang dijadikan target serangan atau menjadi korban," ujar Kepala Diplomatik Uni Eropa, Josep Borell, dikutip dari Channel News Asia, Senin, 12 Oktober 2020.

Borell mendesak baik Armenia maupun Azerbaijan untuk sama-sama menjunjung hasil kesepakatan gencatan senjata. Apalagi, kesepakatan gencatan senjata itu akan menjadi fondasi untuk menciptakan perdamaian di Nagorno-Karabakh.

Desakan serupa datang dari Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov yang memediasi gencatan senjata Armenia dan Azerbaija. Ia meminta kedua negara untuk menghormati hasil keputusan dan patuh terhadap tata cara yang telah ditetapkan.

Per berita ini ditulis, jumlah korban pertempuran di Nagorno Karabakh sudah mencapai ratusan. Angka terbaru, dari kedua pihak, 450 orang meninggal dan ribuan kabur.

Dari pihak Azerbaijan, mereka mengklaim Armenia lebih dulu menyerang. Mereka bahkan mengatakan bahwa sepanjang malam kemarin, Armenia memborbardir kota Ganja yang mengakibatkan 9 orang meninggal dan 33 luka-luka.

Pemerintah di Nagorno-Karabakh dan Armenia jelas membantah tuduhan Azerbaijan. Mereka menyebut klaim Azerbaijan sebagai kebohongan dan balik menyebut Azerbaijan lah yang lebih dulu memborbardir Armenia dengan kendaraang perang serta misil.

"Serangan semalam adalah penghinaan terhadap kesepakatan di Moskow," ujar jubir Pemerintah Nagorno-Karabakh, Vahram Poghosyan yang menginginkan Nagorno-Karabakh merdeka.

Menteri Luar Negeri Armenia, Zohrab Mnatsakanyan, dikabarkan akan berkunjung ke Moskow hari ini untuk membahas situasi di Nagorno-Karabakh. Di saat bersama, Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan sekutu kedua negara untuk tidak memperkeruh keadaan. Hal ini menyusul berangkatnya kombatan pro-Turki dari Suriah dan Libya ke Azerbaijan.

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

https://www.channelnewsasia.com/news/world/heavy-shelling-and-civilian-casualties-dash-hopes-for-karabakh-ceasefire-13254968





Berita terkait

Berkukuh Serang Rafah, Dua Menteri Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 jam lalu

Berkukuh Serang Rafah, Dua Menteri Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Dua menteri Israel secara terbuka menentang kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan berkukuh akan menyrang Rafah

Baca Selengkapnya

Hamas Soal Proposal Gencatan Senjata dari Israel: Tak Masalah

2 jam lalu

Hamas Soal Proposal Gencatan Senjata dari Israel: Tak Masalah

Sumber di Hamas mengatakan tak ada masalah dalam proposal gencatan senjata yang diajukan Israel.

Baca Selengkapnya

Biden Telepon Netanyahu Lagi Soal Rencana Serangan ke Rafah, Ini Katanya

3 jam lalu

Biden Telepon Netanyahu Lagi Soal Rencana Serangan ke Rafah, Ini Katanya

Gedung Putih mengatakan Biden menegaskan kembali "posisinya yang jelas" ketika Israel berencana menyerang Kota Rafah, wilayah paling selatan di Gaza

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

5 jam lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

19 jam lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

20 jam lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

1 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

1 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Israel Kirim Proposal Gencatan Senjata ke Hamas

1 hari lalu

Israel Kirim Proposal Gencatan Senjata ke Hamas

Hamas pada Sabtu, 27 April 2024, mengkonfirmasi telah menerima proposal dari Israel untuk gencatan senjata.

Baca Selengkapnya

Kepala Intelijen Mesir Pimpin Delegasi ke Israel, Khawatir Serangan Darat ke Rafah

2 hari lalu

Kepala Intelijen Mesir Pimpin Delegasi ke Israel, Khawatir Serangan Darat ke Rafah

Rencana serangan Israel ke Kota Rafah di Gaza yang berbatasan dengan Mesir dapat menimbulkan bencana bagi stabilitas regional

Baca Selengkapnya