TEMPO.CO, Jakarta - Belum ada satu hari sejak gencatan senjata di Nagorno-Karabakh disepakati, Azerbaijan dan Armenia sudah saling tuding. Keduanya menuding satu sama lain melanggar kesepakatan gencatan senjata yang ada. Hal ini ini tak ayal menimbulkan pertanyaan soal seberapa lama gencatan senjata di Nagorno-Karabakh akan bertahan.
Kementerian Pertahanan Armenia menuding Azerbaijan dengan sengaja melontarkan artileri ke Nagorno-Karabakh lima menit sejak gencatan senjata berlaku. Azerbaijan, di sisi lain, balik menuding Armenia duluan yang melontarkan artileri ke lokasi mereka. Saling tuding ini serupa dengan apa yang mereka lalukan sebelum gencatan senjata disepakati.
"Kami sedang mengupayakan kesepakatan politis," ujar Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 10 Oktober 2020. Menurut laporan Reuters, Aliyev menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan belum mati.
Diberitakan sebelumnya, gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh disetujui Sabtu ini usai negosiasi selama 10 jam. Negosiasi dilakukan di Rusia, dengan Organisasi Keamanan dan Kooperasi Eropa (OSCE) berperan sebagai mediator. Dalam organisasi tersebut, Rusia, Amerika, dan Prancis menjadi anggota.
Dalam pelaksanaannya, gencatan senjata tersebut juga memasukkan klausul pertukaran tahanan dan jenazah. Diketahui korban konflik di Nagorno-Karabakh sudah mencapai ratusan orang. Untuk prosesnya, Komite Palang Merah yang akan bertindak sebagai perantara untuk memastikan proses pertukaran berjalan lancar.
Baca Juga:
Hingga berita ini ditulis, belum diketahui akan seberapa lama gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan berlangsung. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, selaku mediator mengatakan bahwa masih ada banyak hal yang harus diurus.
"Ada hal-hal spesifik soal gencatan senjata yang harus disepakati," ujar Sergei Lavrov yang menambahkan bahwa Armenia dan Azerbaijan juga sepakat untuk menggelar negosiasi substantif untuk mencapai damai.
ISTMAN MP | REUTERS