Jerman Tunggu Restu Alexei Navalny untuk Selidiki Upaya Pembunuhannya

Sabtu, 12 September 2020 12:00 WIB

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny di Moskow, Russia, 29 Februari 2020. Politikus oposisi Rusia, Alexei Navalny, 43 tahun, merupakan seorang pengritik keras pemerintah Rusia dan Presiden Vladimir Putin. REUTERS/Shamil Zhumatov

TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Berlin, Jerman sudah bersiap untuk menginvestigasi kasus percobaan pembunuhan terhadap Alexei Navalny. Hal yang mereka butuhkan untuk memulai investigasi tersebut hanyalah restu dari Alexei Navalny.

Hal tersebut kontras dengan pernyataan Pemerintah Jerman sebelumnya. Mereka sempat menolak untuk melakukan investigasi kriminal terhadap kasus Alexei Navalny karena lokasi kejadiannya di Rusia. Namun, menurut keterangan Kejaksaan, mereka mendapat mandat dari Departemen Hukum untuk membantu Alexei Navalny.

"Kami diminta untuk memberikan bantuan hukum dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan kesehatan Alexei Navalny - jika diperbolehkan oleh yang bersangkutan," ujar keterangan pers Kejaksaan Jerman, dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 12 September 2020.

Diberitakan sebelumnya, Alexei Navalny adalah kritikus asal Rusia yang jatuh koma ketika dirinya diracun pada 20 Agustus lalu. Ia diracun saat melakukan perjalanan dari Siberia ke Moskow untuk kepentingan pekerjaan.

Saat ini, Alexei Navalny masih dirawat di Jerman. Ia belum lama sadarkan diri dari komanya setelah melalui masa-masa kritis. Adapun sebelum berakhir di Jerman, pria yang vokal menentang rezim Presiden Vladimir Putin tersebut sempat dirawat di Siberia.

Bangkitnya Navalny dari koma tersebut menjadi pemicu adanya upaya investigasi atas kasusnya. Upaya tidak datang dari Jerman saja, tetapi juga dari Rusia. Pemerintah Rusia dikabarkan telah mengirim surat permohonan izin kepada Pemerintah Jerman agar mau melibatkan investigator mereka apabila menyelidiki perkara Navalny.

Selama ini, Rusia diduga kuat sebagai pelaku percobaan pembunuhan terhadap Alexei Navalny. Gara-garanya, Navalny didiagnosis diracun dengan Novichok. Novichok adalah racun syaraf yang dikembangkan di Rusia sejak masih berupa Uni Soviet. Rusia sudah membantah dugaan tersebut.

Terkait Novichok, media Jerman Der Spiegel melaporkan bahwa racun Novichock yang diterima Alexei Navalny adalah varian yang lebih berbahaya, lebih keras. Adapun pernyataan tersebut keluar dari Kantor Intelijen Asing Jerman yang mengklaim akan ada pertemuan rahasia soal racun yang dipakai untuk membunuh Navalny.

Der Spiegel juga melaporkan bahwa Organisation for The Prohibition of Chemical Weapons (OPCW), yang mengidentifikasi senjata-senjata beracun, sudah mengunjungi rumah sakit tempat Alexei Navalny dirawat. Hal itu untuk mengecek data soal racun pada tubuh Alexei Navalny.

Hingga berita ini ditulis, Kantor Intelijen Asing di Jerman belum mau mengungkap detil soal Novichok di tubuh Navalny. "Kami hanya akan melaporkan temuan kami kepada pemerintah federal dan komite yang bertanggungjawab," ujar keterangan kantor terkait.

ISTMAN MP | REUTERS

News link:
https://www.reuters.com/article/us-russia-politics-navalny/germany-says-it-will-investigate-navalny-poisoning-case-if-he-agrees-idUSKBN2620L2?il=0
https://www.reuters.com/article/us-russia-politics-navalny-germany-spieg/novichok-used-on-navalny-harder-than-previous-forms-spiegel-idUSKBN2622DF?il=0



Berita terkait

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

2 jam lalu

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

Ketua parlemen Rusia mengecam Uni Eropa yang melarang distribusi empat media Rusia. Hal itu sama dengan menolak menerima sudut pandang alternatif

Baca Selengkapnya

Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

1 hari lalu

Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

Tidak hanya di Jerman, Munich juga kota yang paling nyaman berjalan kaki di Eropa

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

2 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

3 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

3 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

3 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

3 hari lalu

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

Dubes Jerman untuk Indonesia menjelaskan tentang UU terbaru yang diterapkan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

4 hari lalu

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 14 Mei 2024 diawali oleh alasan 9 negara menolak Palestina menjadi anggota penuh PBB.

Baca Selengkapnya