Presiden AS Donald Trump mengenakan masker saat mengunjungi Pusat Kesehatan Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, AS, 11 Juli 2020. Untuk pertama kalinya, Donald Trump tampil di publik dengan mengenakan masker di masa pandemi virus Corona. REUTERS/Tasos Katopodis
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Donald Trump menambah dana kampanye Pilpres Amerika setelah survei menunjukkan ia masih di belakang Joe Biden. Dikutip dari Reuters, Trump menaikkan pengeluarannya dari sekitar US$25 juta menjadi US$50 juta (Rp741 triliun) demi mengejar ketinggalan dari Joe Biden sepanjang Juni kemarin.
"Joe Biden memimpin Trump di antara para pemilih terdaftar dengan selisih suara 10 persen," ujar survei Reuters yang dilakukan pada 14-15 Juli 2020.
Jumlah dana yang dihabiskan tim sukses Trump jauh lebih besar dibanding Joe Biden untuk persiapan Pilpres Amerika. Joe Biden hanya menghabiskan US$37 juta (Rp548 triliun). Namun, dalam kampanye penggalangan dana, Joe Biden mengumpulkan lebih banyak, US$63 juta dibanding US$55 juta.
Sebagian besar dana kampanye Pilpres Amerika Trump tersebut dihabiskan untuk iklan di televisi serta platform digital. Dari pengeluaran US$50 juta, US$41 juta yang dipakai untuk model kampanye tersebut. Adapun kampanye yang digencarkan Trump di televisi dan platform digital menyerang usia Joe Biden serta sikapnya soal konflik Cina-Amerika.
Biden, sebagai perbandingan, hanya mengeluarkan US$17 juta untuk iklan di televisi dan platform digital. Sebagai catatan, angka itu lebih besar dibandingkan pengeluaran serupa bulan sebelumnya, US$175 ribu.
"Iklan televisi yang diandalkan Trump hanya memiliki efek minim untuk saat ini. Tidak banyak iklan yang mampu mengubah persepsi pemilih ketika mereka terfokus ke krisis ekonomi dan kesehatan," ujar Kevin Madden, mantan pengurus kampanye calon Presiden Amerika 2012, Mitt Romney.
Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR
9 hari lalu
Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR
Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.