Militer Rusia Punya Pertahanan Udara S-500 dalam Beberapa Tahun

Minggu, 12 Juli 2020 06:00 WIB

Pembangunan sistem pertahanan udara Rusia yang paling canggih, S-500 Prometey, sudah memasuki tahap akhir. Rudal pertahanan udara S-500 mampu menghancurkan target hingga ketinggian 200 km dan melaju dengan kecepatan 7 km/detik. S-500 dapat melibat 10 target rudal balistik supersonik dalam waktu bersamaan, dengan jarak maksimum 600 km. Prometey diyakini mampu mendeteksi pesawat tempur siluman, seperti F-22, F-35 dan Bomber B-2. survincity.com

TEMPO.CO, Jakarta - Komandan Pasukan Pertahanan Rudal dari Korps Dirgantara Rusia, Mayor Jenderal Sergei Babakov, mengatakan militer Rusia akan mendapatkan sistem pertahanan udara S-500 generasi baru dalam beberapa tahun mendatang.

"Pasukan Pertahanan Rudal mulai menerima sistem anti-pesawat terbang S-350 Vityaz. Pengiriman sistem S-500 Prometei juga direncanakan," kata Babakov kepada surat kabar Krasnaya Zvezda pada Rabu, ketika ditanya jenis persenjataan apa yang akan diterima pasukan itu dalam beberapa tahun mendatang, dikutip dari kantor berita TASS, 11 Juli 2020.

Babakov mengatakan, selain mampu menghantam dari target aerodinamis dan balistik, sistem S-500 dapat mendeteksi dan menghancurkan senjata hypersonik dari semua modifikasi, termasuk di ketinggian luar angkasa.

"Ini memberi kami alasan untuk mengatakan bahwa sistem ini tidak memiliki saingan," kata Babakov.

S-500 Prometei (kelas 55R6M, Triumfator-M) dirancang oleh Almaz-Antey sebagai generasi baru senjata pertahanan udara dan rudal. S-500 mengoperasikan metode terpisah penghancuran target balistik dan aerodinamis.

Advertising
Advertising

Tentara Rusia mengendarai sistem pertahanan udara rudal S-400 selama parade Hari Kemenangan, di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, 9 Mei 2018. REUTERS/Sergei Karpukhin

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexei Krivoruchko mengatakan dalam sebuah artikel yang diterbitkan di majalah perusahaan Radio-Electronic Technologies dari Grup KRET pada bulan Februari, bahwa spesialis militer telah melakukan uji coba rudal darat-ke-udara yang tak tertandingi di dunia untuk sistem pertahanan udara S-500 terbaru tahun lalu.

Alexei juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Krasnaya Zvezda pada bulan Desember 2019 bahwa tes pendahuluan dari sistem rudal anti-pesawat S-500 akan dimulai pada tahun 2020 dan pengiriman ke pasukan dijadwalkan pada tahun 2025.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sebelumnya mengatakan bahwa pengiriman S-500 kepada pasukan akan dimulai pada tahun 2020. Rusia telah melatih para spesialis untuk belajar mengoperasikan sistem baru di Akademi Militer Pasukan Dirgantara di Tver sejak 2017.

Pendahulu S-500, sistem pertahanan udara S-400 Triumf, adalah sistem pertahanan udara yang diklaim paling canggih di dunia saat ini. S-400 adalah penerus dari sistem pertahanan udara S-300.

Karena kemampuannya, S-400 banyak diminati oleh negara-negara dunia seperti Cina, Arab Saudi, Turki, India dan Qatar, menurut Al Jazeera.

Saat ini Rusia sedang mengembangkan S-500 untuk dioperasikan dalam 25 tahun ke depan. Rudal sistem pertahanan udara S-500 Rusia bisa menyerang target pada kisaran 481,2 km atau 80 km lebih jauh dibandingkan dengan sistem rudal sebelumnya.

Berita terkait

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

22 jam lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

2 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

2 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

3 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

4 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

4 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

5 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

6 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

6 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya